Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Minggu, 30 Juni 2013

Mimpi dan Cita-Citaku by Ahmad Rindoan, 2009


Nama saya adalah Ahmad Rindoan, atau biasa dipanggil Ahmad atau Mad. Saya berasal dari Dukuh Kaligawe, Desa Sidoarum, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sebuah desa yang terletak di pinggir Sungai Silugangga, yang bermuara di Laut Jawa, tepatnya di Laut Juwana. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saya mempunyai kakak perempuan, Sri Purwanti namanya. Selisih umur kami cuman 2 tahun. saya lahir di tahun 1990, sedangkan Mbak Pur (panggilan kakak saya) lahir di tahun 1988. Orang tua saya sangat patuh dengan program pemerintah, yakni ikut program KB “Dua Anak Lebih Baik”.

Kedua orang tua saya, Alhamdulillah masih hidup dan sehat wal’afiat. Pekerjaan sehari-hari Bapak-Ibu saya hanya seorang buruh tani, yang bekerja di sawah/kebun milik orang lain. Bapak atau Ibu tidak punya sawah sendiri. Bapak dan Ibu saya kerja serabutan sebagai buruh atau pekerja di tempat orang. Dan jika tidak ada yang minta tolong kerja, beliau berdua mencari rumpu di sawah untuk pakan sapi. Alhamdulillah,kami punya ternak sapi di rumah. Ternak merupakan barang berharga bagikeluarga saya dan sebagai tabungan.

Sabtu, 29 Juni 2013

Memorial Secuil Pelajaran Hidup by Maulya Septi Sari FTP 2012

Bismillah.....
Karakter yang nekad, dan optimistik merupakan anugrah yang diberikan sang pencipta untukku, Maulya Septi Sari. Sejak kecil saya memang diberi ruang untuk memutuskan suatu pilihan yang akan saya jalani, salah satunya adalah mengenai pendidikan. Sejak SD saya berkeinginan kuat untuk melanjutkan studi sampai bangku kuliah. Disaat kebanyakan dari teman-temanku berorientasi untuk bekerja. Perjalanan menempuh jenjang pendididikan SMP dan SMA dapat kulalui. Meskipun jalanya tidak mulus.


Ketika lulus SD, dimana keadaan ekonomi yang masih baik, walaupun pekerjaan bapak tidak tetap tapi kekurangan kebutuhan masih dapat ditutupi oleh warisan mamaku. Ketika aku memasuki SMP kelas 2, ekonomi keluarga mulai tergoncang, disitulah mulai kurasakan perubahan yang menurutku berat, tapi karena sekolah adalah tempat yang menyenagkan bagiku kala itu, selalu ada jalan dari permasalahan dimana orang tuaku tidak sanggup membayar uang SPP ku. Aku dibiayai oleh salah satu pengusaha sukkses di Desaku selama tahun ke-2. Ditahun ke-3 aku mendapat beasiswa dari sekolah sehingga dapat gratis di tahun ke-3.
Dengan karakterku itu, aku sangat ambisisus masuk ke SMA favorit di kabupaten. Aku berpikir bahwa dengan aku masuk kesitu aku akan mendapat pengalaman yang lebih menarik tentunya. meskipun sungguh kedua orangtuaku tidak dapat membayar uang pendidikanya, bahkan untuk sekadar transportasi dari desa(rumahku) ke kota(sekolah) pun tidak ada jaminan. Alhamdulilah aku selalu mendapatkan beasiswa 3 tahun bersekolah disana.

Jumat, 28 Juni 2013

AYAH AKU BISA KULIAH by Handy Satrio, Teknik Mesin 2012



Delapan belas tahun lalu aku terlahir sebagai anak pertama dari pasangan suami-istri muda. Ayahku bernama Naslim dan ibuku bernama Winarti, dan aku sendiri bernama Handi Satrio. Aku lahir pada 28 juni 1994 disebuah desa kecil di pinggiran kabupaten Banyumas, masa kecilku aku lalui di keluarga kecil ini dengan senang dan bahagia, maklum aku menjadi anak pertama sekaligus sebagi cucu pertama dari kakek-nenekku. Namun semua itu tidak berlangsung lama, Ayahku dipanggil lebih cepat oleh yang Allah SWT pada saat aku baru berumur 8 tahun. Aku sangat terpukul dengan kepergian ayah begitupun juga ibuku, ibuku sempat bingung juga bagaiman mau menghidupiku setelah kepergian ayah,sebelumnya ibuku hanya ibu rumah tangga biasa dengan pendidikan akhir SMP. Kemudian aku dan ibuku berjuang bersama untuk bisa bertahan hidup dan mampu menyekolahkanku dengan menjadi buruh serabutan dipasar sempat juga berjualan pecel keliling kampung tiap sore,kadang aku membantu berjualan gorengan sambil mengikuti ibuku berjualan pecel, itu semua berlangsung hampir tiga tahun, sampai pada akhirnya ibuku memutuskan untuk menikah lagi karena ibu merasa tidak mampu apabila harus menghidupiku seorang diri dengan mata pencaharian yang tidak pasti. Ibuku menikah dengan duda beranak dua bernama Muhdiro ketika aku mau amsuk SMP. Sehingga aku memiliki satu adik dan satu kakak,Ayahku ini bekerja sebagai penjual krupuk kepasar-pasar didaerahku,sehingga cukup berat juga untuk menghidupi tiga orang anak apalagi beda usia sekolahku dengan kaka tiriku Cuma satu tahun jadi biaya untuk sekolahpun harus dibagi-bagi dan kadang hutang.
SMP aku bersekolah di SMP Negeri 1 Jatilawang, prestasiku di SMP tidak sebagus waktu di SD yang hampir tiap catur wulan mendapat rangking satu tapi tidak mengapa aku tetap berjuang untuk bisa mendapat yang terbaik. Dari kelas satu SMP aku berangakat sekolah dengan berjalan kaki, sepeda menjadi sesuatu yang mahal untukku tapi tak mengapa selama aku masih bisa bersekolah menurutku jalan masih terbuka tidak harus semua saran tercukupi. Aku satu sekolah dengan kakakku sehingga mendapatkan keringan biaya gedung dan SPP, ini menjadi pemacu semangatku untuk berjuang lebih keras lagi mendapat prestasi yang lebih baik. Ketika aku kelas tiga SMP kakakku sudah lulus SMP, dia berniat melanjutkan sekolah di sekitar daerahku tapi ayahku merasa tidak mampu untuk menyekolahkan kakakku jadi dengan sangat terpaksa kakak harus ikut dirumah nenek diadaerah Indramayu untuk disekolahkan nenek dan keluarga.

Terima Kasih by M. Alfian Nur Khusain, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan 2012

Namaku Mochamad Alfian Nur Khusain, berasal dari sebuah kota kecil bernama Tulungagung di Jawa Timur. Di sinilah dimulai kisahku, terlahir dari rahim seorang ibu bernama Umi marbitah 19 tahun yang lalu, aku adalah putra ketiga dari tiga bersaudara. Jarak usia kami tidak terpantau begitu jauh kakak pertamaku tujuh tahun lebih tua daripada aku, Ali Ajibullah Ikhsan namanya dan kakak keduaku bernama Erry Murniasih empat tahun lebih tua daripada aku. Sejak kecil aku hidup dalam keadaan yang sederhana, dan mungkin kata ‘cukup’ itu yang terus membuatku merasa bahagia untuk menjalaninya. Dan memang itulah yang selalu diajarkan bapakku ya merasa ‘cukup’, bapak selalu berkata orang yang paling kaya di dunia ini adalah orang yang selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. 

Ketika SD alhamdulillah aku selalu mendapatkan rangking di kelas, dan paling jelek aku mendapatkan ringking 2 di kelas. Di bangku sekolah dasar uang saku ku tidak lebih daari 500 rupiah, yang pada waktu itu sudah cukup untuk membeli bubur di waktu istirahat. Ketika duduk di bangku kelas 6 SD aku bbercita-cita untuk masuk ke SMP favorit di Tulungagung, namun ibuk aku ternyata tidak menyetujuinya beliau menginginkan anaknya untuk melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah dan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah. Madrasah Tsanawiyah Negeri Tulungagung, Mts ku berjarak 7,5 km dari rumahku, dengan berkendara sepedah pancal, aku membutuhkan 45 menit untuk sampai ke sekolah. Semanagat untuk menuntut ilmu selalu aku tancapkan dalam hati yang membuatku merasa bahagia menjalaninya.

by Rita Dhamayanti D3 Teknik Sipil 2010

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Rita, saya anak terakhir dari 3 bersaudara. Saya akan menceritakan sedikit dari perjalann hidup saya. Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Ibu saya mengajarkan saya dan kakak-kakak saya menabung di sekolah, yaitu dengan menyisihkan uang jajan yang sedikit. Tabungan itu sewaktu-waktu diambil untuk membeli keperluan sekolah.


Hidup keluarga kami berubah, saat saya kelas 3 SD bapak saya kecelakaan parah. Koma selama 3 minggu. Ibu saya berpikir keras bagaimana membiayai perawatan di rumah sakit, untuk makan saja susah. Akhirnya dengan berbekal catatan buku kenalan bapak saya ibu saya mendatangi rumah teman-teman bapak saya, berharap mereka dapat membantu pengobatan bapak. Kakek, nenek, om, dan bulik saya yang berasal dari bapak saya kaya. Namun, sedikit pun mereka tidak mau membantu, menjenguk bapak saya saja tidak mau, apalagi membantu. Sampai sekarang tidak mau kenal lagi dengan bapak saya. Saya ingat sekali saya di rumah sakit menangis dengan ibu saya, ibu saya hanya tidak menginginkan saya menjadi yatim seperti dulu ibu saya sewaktu kecil sudah ditinggal oleh kakek. Alhamdulillah, Allah Maha Penyayang, walaupun keluarga tidak mau membantu tapi teman-teman bapak mau dengan ikhlas membantu kami. Rumah sakit jauh dari rumah kami, ibu merawat bapak di rumah sakit, saya di rumah dengan kakak saya yang masih smp, tanpa sepengetahuan ibu saya dan kakak-kakak saya mencari rongsok untuk makan di rumah, keluarga bapak tidak ada yang peduli dengan kami. Hanya ibu yang berjuang seorang diri merawat bapak. 1 bulan dirawat di rumah sakit, karena tak ada biaya ibu membawa pulang ayah ke rumah padahal bapak saya belum sembuh. Bapak saya gagar otak dan tulang tangan kanannya pisah 1 cm.

Bapak saya masih sakit, tidak bisa bekerja. Dengan belas kasihan teman-teman bapak kami dapat hidup dengan hidup sehemat mungkin. Ada teman bapak yang membantu menyekolahkan kakak-kakak saya. Ibu selama bertahun-tahun dengan setia merawat bapak. Saya hanya bisa belajar baik, saya mendapat juara 1 sampai smp. Bapak saya mendorong saya masuk SMA favorit, bapak saya terpaksa bekerja sebisanya untuk menyekolahkan saya.

Semua Butuh Umpan 'Kerja Keras' Untuk Sebuah Keberhasilan by Herlin Safana, Fak. Biologi 2009


Nama ku Herlin Safana. Teman-teman biasa memanggil ku Herlin. Aku lahir di Bantul Yogyakarta. Sekarang tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah rumah kecil di tepi Jalan Parangtritis, tepatnya 15 menit dari Pantai Parangtritis. Aku terlahir bukan dari keluarga kaya dan berada, tapi aku memiliki keinginan kuat dan cita-cita yang mungkin sulit untuk menggapainya dengan keadaan kami seperti ini. Aku merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara. Praktis kedua orang tuaku harus membiayai sekolah ketiga anaknya. Kedua orang tuaku bukan lulusan SMA apalagi seorang sarjana. Jangankan bangku SMA/SMK bangku Sekolah Dasarpun belum tamat, dan lagi lagi hal itu karna biaya. Karena pengalaman masa lalu maka dari itu kedua orang tua kami selalu berusaha untuk membesarkan dan sebisa mungkin menyekolahkan kami setinggi-tingginya. Dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari kami bertiga berusaha mencari beasiswa agar tidak memberatkan kedua orangtua kami dalam biaya kuliah. Akan tetapi orang tuaku selalu berpesan untuk menjaga amanah pemberi beasiswa dengan cara menggunakan beasiswa tersebut dengan sebaik mungkin. Yaitu dengan belajar sungguh-sungguh dan berusaha untuk selalu berprestasi. Salah satu hal yang sampai sekarang masih ku ingat dan akan terus menjadi pembelajaran bagi ku yaitu perjuangan ku saat akan mengikuti kemah SMA. Waktu itu kebutuhan kedua orang tuaku sangat besar, menyarankan untuk tidak mengikuti kemah tersebut karena keterbatasan biaya. Seperti biasa aku berangkat ke sekolah dengan Bus umum. Saat akan memasuki kelas aku menyempatkan untuk membaca papan pengumuman di sekolah. Ternyata ada perlombaan pidato berbahasa Jawa tingakat Jogja-Jateng yang hadiahnya cukup lumayan untuk menbayar kemah dan uang saku. Sepulang sekolah aku beranikan diriku untuk meminta uang pendaftaran kepada orang tuaku. Tetapi orang tuaku berpesan memberikan uang tersebut tetapi aku harus memenangkan lomba tersebut.

Kamis, 20 Juni 2013

UGM ADALAH CITA- CITA BAPAK by Ratih Ria Rumandang - Fak Biologi


Assalamu’alaikum..

Perkenalkan nama saya Ratih Ria Rumandang. Saya anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan bapak Sriyanto dan ibu Muryanti. Keterbatasan dalam hal ekonomi tidak sedikitpun menyurutkan langkah kami untuk tetap sekolah. Mulai dari SD hingga dewasa saya terdidik untuk mandiri, bertindak layaknya seorang kakak dan bekerja untuk sekedar jajan. Pada saat SD di SDNegeri II Karangtalun, saya mulai nyambi bekerja sederhana di sekitar tempat tinggal saya yang kala itu banyak industri rumah seperti ikut menjahit, membuat jepit rambut bahkan berjualan ketupat.  Meskipun dengan gaji yang sangat minim dan dilarang orangtua, saya tetap nekat melakukannya. Tujuan saya hanya sederhana yaitu saya tidak ingin membebani orangtua hanya untuk sekedar jajan buat adek- adek.

Pada saat SMP di SMPN 1 Karangdowo, sekolah sambil bekerja bukan merupakan hal baru bagi saya. Selain ini saya juga aktif dikegiatan sekolah seperti PMR, PKS, Pramuka, Drum Band dll. Meskipun demikian Alhamdulillah saya bisa lulus dengan nilai yang bagus. Selama bersekolah dari SD sampai SMApun selalu peringkat 3 besar.

SMA 1 Karangdowo adalah sekolah SMA saya. Masa SMA adalah masa tersulit bagi saya, setelah berganti- ganti pekerjaan akhirnya hidup harus berputar, bapak harus bekerja sebagai tukang parkir disalah satu daerah di Yogyakarta. Harapan saya untuk kuliah mulai kandas, bahkan saya berencana menjadi TKI selepas lulus dari SMA untuk membantu membiayai adek- adek saya.

Berawal Dari Semangat by Erlin Setia Mumpuni - D3 Geomatika





Aku lahir di Klaten pada hari jumat pada tanggal 8 Mei duapuluh satu tahun yang lalu. Orang tua ku memberikan nama Erlin Setia Mumpuni yang diharapkan dapat mengerjakan semua yang dikerjakan dengan Mumpuni. 

 Aku merupakan anak tunggal. Dari pasangan Alm. Heru Pramono dan Tugiyem. Aku dibesarkan di Kota Bandung Jawa Barat. Hingga kelas 3 SMP aku dan keluarga pindah ke Klaten untuk melanjutkan SMA. Semua berawal dari semangat Ayah ku yang ingin aku tetap mendapatkan pendidikan yang layak walaupun dengan keterbatasan Beliau yang baru saja sembuh dari penyakit Batu Ginjalnya. Dari semua yang ku lalui hanya semangat Beliau yang membuatku kuat. Dengan ketidakberdayaannya beliau rela menjadi buruh bangunan untuk menghidupi keluarganya. 


 Kami hidup sangan sederhana bersama kakek dari ayah ku. Hingga akhirnya aku lulus SMA. Setelah itu beliau menginginkan aku untuk kuliah, sehingga aku memutuskan untuk kuliah di UGM yogyakarta. Aku memilih untuk jurusan D3 Teknik Geomatika. Semua berawal dari semangat, sehingga aku bisa mendapatkan beasiswa setiap semesternya. Yang setidaknya dapat meringankan beban ayah ku.