Assalamu’alykumWarahmatullahi Wabarokatuh.
Perkenalkan
nama saya Dita Dwi Restuti. Dita, begitulah orang-orang memanggil saya. Nama
yang simple, nama yang mudah diingat, dan nama yang mungkin bisa menggambarkan
kepribadianku. Saya tinggal di Tegallayang Caturharjo Pandak Bantul Yogyakarta.
Ya, Bantul, daerah Bantul paling barat tepatnya. Daerah ini berjarak sekitar 1
jam dari Universitas Gadjah Mada. Cukup jauh, cukup jauh untuk perjalanan
mencari ilmu setiap hari.
Kenapa
bisa UGM? Ya, awalnya saya mendaftar ke Universitas Indonesia melalui jalur
Undangan. Saya mendapatkan kartu beasiswa bidikmisi, namun saya tidak diterima
karena saat itu hanya ada satu anak saja yang bisa diterima di UI dengan
bidikmisi. Saya dan beberapa teman lainnya harus kecewa, kecewa yang amat
dalam. Namun, bukankah hidup tak terhenti sampai di sini?
Salah
satu teman saya menyarankan untuk mengikuti ujian masuk D3 UGM. Saya mengikuti
saran teman saya, ya saya diterima di D3 Manajemen UGM. Ujian Tertulis, ya saya
juga mengikutinya. Alhamdulilah saya diterima di UNY. Setelah melewati beberapa
pertimbangan, akhirnya saya memilih untuk melanjutkan studi di UGM.
Saya
masuk UGM hanya bermodal NEKAT, saya sendiri bingung bagaimana untuk bertahan. Tetapi
saya yakin, pasti Allah akan memberi jalan, meskipun saya juga tidak tahu jalan
itu. Untuk membayar uang masuk UGM pun tabungan saya sejak SMA tidak cukup,
akhirnya ibu menjual satu-satunya kalung miliknya. Kami sudah tidak memiliki
barang berharga lain.
Saat
itu saya benar-benar tidak tahu kalau saya bisa menggunakan kartu bidikmisi untuk
masuk D3 UGM. Ya sudahlah, saya yakin Allah masih memberikan jalan lain, suatu
hari nanti.
Pada
waktu yang sama, ibuku mendadak sakit dan harus diopname karena salah obat,
kulitnya berubah menjadi gosong seperti terbakar. Ibuku berpenyakit gondok.
Tubuhnya sangat kurus, hanya 35 kg, padahal sebelumnya 55 kg.
Ini bukan suatu perkara mudah bagiku. Cobaan yang
datang bertubi-tubi dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana aku bisa bertahan
dalam posisi sulit ini?
Teman-temanku selalu memberikan semangat agar aku
kuat menjalani cobaan ini. Dan hingga akhirnya aku mendapat beasiswa RZIZ,
alhamdulilah aku sedikit berlega hati, aku bisa menggunakan beasiswa ini untuk
membayar SPP semester depan.
Jujur, aku sangat khawatir, khawatir kalau aku tidak
bisa mendapat beasiswa ini lagi, bagaimana aku bisa membayar SPP semester
depan? IPK semester 1 yaitu 3,85. Ya, aku sangat kesulitan untuk mempertahankan
IPK itu, terlalu tinggi bagiku. Semoga panitia RZIS memiliki kebijaksanaan
sendiri mengenai IPK, karena IPK di atas 3,7 benar-benar sulit untuk
dipertahankan. Ya, mugkin sebaiknya naik-turun IPK tidak dipermasalahkan selama
masih dalam range yang kecil dan IPK tersebut masih di atas 3,5. Terima kaih.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar