Assalamu’alaikum Wr.Wb
Nama
saya adalah Ratna Yulianti. Saya dilahirkan di Pati pada tanggal 11 Juli 1994. Saya
tinggal di sebuah desa Randukuning tepatnya RT 10 RW 3, Pati, Jawa Tengah. Saya
terlahir di dalam keluarga yang sederhana dan merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Semenjak kecil saya dan kakak saya hanya mendapatkan kasih sayang
dari seorang ibu dan kakek dari ibu saya. Biaya hidup bahkan biaya sekolah kami
pun ditanggug oleh ibu saya. Beliau sudah terbiasa menjadi tulang punggung
keluarga. Ayah saya tidak bekerja dari dahulu semenjak kakak saya masih kecil,
sedangkan ibu saya bekerja sebagai pedagang keliling berupa sayur-sayuran dan
lauk pauk. Alhamdulillah ketika SD saya mendapatkan beasiswa, sehingga SD
semenjak kelas 4SD saya tidak membayar biaya sekolah. Hal tersebut membuat
beban ibu saya berkurang. Hal tersebut dikarenakan sangatlah susah membiayai
kedua anaknya untuk bersekolah ditambah biaya hidup yang sangat mahal. Kakak
saya dan saya selisih umurnya 6 tahun. Ibu saya selalu membanting tulang tanpa
mengenal lelah, tiak pernah menunjukkan ke anak-anaknya bahwa beliiau lelah,
jenuh, kecewa dengan takdir harus membanting tulang memenuhi kebutuhan satu ke
kebutuhan selanjutnya. Akan tetapi semangat juang beliau tidak pernah redup,
selalu bersinar terang dan menerangkan di dalam rumah. Sehingga hal tersebutlah
yang selalu memotivasi diriku untuk menjadi orang yang diharapkan ibuku. Bisa
menjadi seseorang yang sukses daripada beliau dan tetap berada di jalan Allah,
tidak pernah sombong, dan berusaha menolong dan berbagi ke sesama dengan rasa
ikhlas.
Ketika memasuki SMP, saya otomatis
mendaftar di SMP favorit di Kabupaten Pati, begitu banyak rintangan untuk
menuju ke sana, dari berbagai faktor tetangga yang sirik yang selalu
mengompor-ngompori, segi materi akan ketakutan dengan biaya disana, serta guru
SD yang menyuruh jangan mendaftar disana. Namun semuanya dapat terlewati dan
alhamdulillah semenjak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMP, saya pun mendapatkan
beasiswa. Sehingga ibu saya tidak perlu memikirkan biaya sekolah ketika SMP.
Ketika kelulusan SMP, saya pun bingung. Keluarga saya, tetangga, bahkan kakek
saya pun menyuruh saya untuk melanjutkan di sekolah kejurusan. Saya pun setuju-setuju
saja, karena saya berfikir saya akan cepat bekerja jika bisa masuk SMK daripada
SMA. Hal tersebut dikarenakan juga tuntutan biaya yang tidak akan bisa untuk
menjamin saya kuliah jika melanjutkan ke jenjang SMA. Akan tetapi, detik demi
detik, akhirnya saya terus berfikir dan tidak bisa membohongi hati kecil saya,
hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke SMA. Pada akhirnya Ibu
saya merestui saya untuk mendaftar di SMA N 1 Pati yang merupakan SMA favorit
di Kabupaten Pati. Saya pun mengikuti tahap demi tahap dalam penerimaan siswa
baru dari tahap tes akademik, psikotes, dan lain-lain. Alhamdulillah sekali
saya bisa diterima dan mendapatkan beasiswa hingga lulus SMA. Keluarga saya pun
sangat bahagia. Masa-masa SMA sangatlah indah, takdirpun juga begitu indah,
saya mendapatkan sesuatu rejeki atas takdir Allah yang begitu indah walaupun
dengan keluarga yang tidak begitu harmonis dan mendapatkan hinaan dari
tetangga-tetangga. Akan tetapi, saya yakin Allah selalu berada di dekat kita
dan Allah akan selalu mengabulkan doa hambanya yang benar-benar meminta
pertolongan-Nya. Dan akhirnya ketika kelas 2 SMA, ayah saya pun di panggil untuk
menghadap Allah. Saya hanya bisa ikhlas dan melihat teman-teman SMA
berdatangan, saya tetap masih bisa tertawa, mereka pun heran akan diriku.
Semenjak saat itu, saya berjanji pada diri saya agar tidak terlihat lemah dan akan
selalu bahagia di depan semua orang terutama ibuku. Hari-haripun berjalan, ketika
mendekati kelulusan SMA, saya sudah tidak ada keinginan untuk melanjutkan
kuliah karena faktor ekonomi. Akan tetapi, teman-teman saya terutama teman satu
kelas mengusahakan saya agar tetap kuliah. Mereka mencari informasi demi
informasi penerimaan mahasiswa lewat jalur beasiswa. Akhirnya H-1 penutupan
pendaftaran sekolah vokasi jalur PBUTM, teman saya memberitahukan informasi
tersebut kepada saya. Saya pun langsung mendaftar, mengurus berkas kesana
kemari dari RT hingga kecamatan. Syukur alhamdulillah, penutupan pendaftaran
online dengan pengiriman berkas ada selisih harinya, sehingga saya bisa
mengirimkan berkas hari esoknya lewat kantor pos. Setelah pengumuman, saya pun
diterima di UGM jurusan D3 Akuntansi dengan melalui program PBUTM. Hal tersebut
berkat usaha teman-teman SMA saya serta doa ibu yang selalu berdoa agar anaknya
mendapatkan sesuatu yang terbaik olehnya. Begitu besar perjuangan teman-teman
saya ketika SMA agar saya bisa kuliah. Ketika saya ingin daftar ulang D3
Akuntansi UGM lewat jalur PBUTM, mereka pun memfasilitasi saya kos kakak kelas
untuk menginap agar bisa diantarkan ketika daftar ulang karena saya tidak
mempunyai saudara di Jogja bahkan orang yang saya kenal. Selain itu,teman saya
juga membelikan tiket travel PP Pati-Jogja, uang saku, dan lain-lain yang
diantarkan malam-malam di rumah saya. Padahal posisi mereka saat itu belum
memperoleh universitas. Akan tetapi mereka malah mengusahakan saya agar
benar-benar bisa diterima dan bisa daftar ulang. Begitu indahnya persahabatan
ketika itu. Takdir Allah begitu indah, dimana dari kecil saya merasa paling
menderita dimana tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah,
mendapatkan hinaan dari tetangga, banyaknya cobaan dalam hidup, namun
difikir-fikir begitu banyak anugerah-anugerah yang Allah berikan di selip-selip
cobaan itu.Salah satunya adalah beberapa sahabat yang selalu care terhadap masa
depan saya.
Di daerahku, kebanyakan
tetangga-tetangga di sekitar rumah, anak-anaknya tidak melanjutkan kuliah.
Bahkan mereka kebanyakan setelah SMP melanjutkan SMK kemudian kerja lalu
menikah. Sedangkan saya memilih jalan yang berbeda. Paling tidak saya harus
menuntut ilmu setinggi langit, sehingga bisa menunjukkan ke semua orang bahwa
ibu saya dapat merubah hidupku dengan perjuangannya beliau selama ini. Di
setiap perjalanan hidup saya, hanya terselip suatu harapan, saya ingin merubah
kehidupan keluarga saya, ingin membahagiakan orag-orang di sekitar terutama ibu
serta kakekku. Selain itu ingin menunjukkan ke tetangga-tetangga semuanya bahwa
saya bisa menjadi orang sukses bahkan bisa membantu mereka semua dan dapat
membantu anak-anak yang tidak beruntung untuk sekolah. Hal itu semuanya berkat
doa ibu yang selalu memohon agar saya dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang
lebih tinggi daripada beliau. Hal tersebut dikarenakkan, ibu saya hanya seorang
lulusan SD. Ibu saya hanya selalu berusaha terbaik untuk membanting tulang , bekerja
tanpa mengenal lelah, sehingga tidak ada kata hari libur bagi beliau kecuali
ketika jatuh sakit. Beliau hanya berusaha mencari-mencari uang sebanyak
banyaknya yang penting halal dan barokah untuk membiayai biaya sekolah
anak-anaknya serta dapat makan setiap harinya.
Ketika
saya memasukki kuliah, saya pun mencoba bertanya di DAA, ditmawa, akademik
kampus, dan lain-lain tentang beasiswa PBUTM. Saya mencoba mencari info tentang
kebenaran tidak adanya uang saku pada beasiswa PBUTM. Dan memang tidak adanya
uang saku, sehingga ibu saya harus menanggung biaya hidup saya saat kuliah.Melihat
saya yang kuliah jauh dari kota kelahiran saya, ibu saya tambah membanting
tulang dalam bekerja. Beliau selain berjualan sayur-sayuran di pagi hari,
sorenya membuat masakan masak seperti pepes, bandeng presto, botok, kare, dan
lain-lain untuk di jual pagi harinya dengan cara membawanya saat jualan
keliling. Sehingga hari-hari beliau begitu keras. Bekerja tanpa mengenal henti dan
hanya hiburan berupa sinetron setiap malamnya yang menemani beliau dalam
memasak masakan masak yang akan dibawa beliau untuk dipasarkan. Maka dari itu,
rumah begitu berantakan tanpa terurus sama sekali. Ketika saya pulang kampung
selama kuliah, begitu wow keadaan rumah. Pasti ketika pulang saya mencoba
meringankan beban orang tua untuk mengabdi kepada beliau. Sehingga, hal
tersebut membuat saya berfikir keras dan merasa iba kepada beliau. Hingga
akhirnya semester 1 saya part time di KWM, akan tetapi ketika hampir ujian
akhir semester 1, saya memutuskan keluar. Setelah itu, saya pun akhirnya
memutuskan untuk mencari dan terus mencari beasiswa lain, namun susah sekali
untuk mendapatkan beasiswa yang dimana syaratnya bagi yang sudah mendapatkan
beasiswa boleh mendaftarkan beasiswa tersebut. Akhirnya, syukur Alhamdulillah memang
subhanallah maha besar Allah. Allah memberikan anugerah yang begitu indah.
Menunjukkan pengumuman tunjangan hidup R-ZIS ketika liburan semester 1. Akhirnya
saya pun mengajak teman-teman saya untuk mendaftar. Namun, begitu banyak
halangan yang terjadi, mengurus surat dari kampus begitu susah, akademik kampus
tetap kekeh bilang bahwa itu beasiswa dan melarang saya dan teman-teman tidak
mendaftar. Akan tetapi saya mencoba untuk mengirim inbox ke FB R-ZIS untuk
menanyakan, akhirnya boleh untuk dicoba. Akhirnya kami ke kantor untuk
mengambil formulir, karena R-ZIS merupakan tunjangan hidup bukan berupa
beasiswa sehingga jalur PBUTM bahkan beasiswa yang lain boleh mendaftar
tunjangan hidup R-ZIS.
Ketika
hari wawancara R-ZIS, saya pun pesimis. Saya selalu tidak bisa berbicara dalam
hal wawancara. Dari dahulu saya susah untuk berbicara untuk mengeluarkan
kata-kata dalam benakku. Sehingga jawaban-jawaban yang saya lontarkan juga apa
yang sebenarnya saya rasakan. Namun syukur Alhamdulillah sekali, Allah memang
mengetahui hamba-hambanya yang membutuhkan. Sehingga dengan perasaan yang
pesimis, Allah pun memberikan nikmat atas takdir yang diberikan-Nya. Saya pun
mendapatkan tunjangan hidup R-ZIS full 250rb/bln. Begitu bersyukyurnya saya,
sehingga bisa mengurangi beban orang tua saya tentang pembayaran kos, biaya
makan, serta bisa membeli sepeda bekas. Sehingga saya tidak perlu berjalan dari
kos sampai rektorat, gelanggang, kampus, dan lain-lain. Sehingga bersyukyurnya
saya atas semua nikmat yang diberikan-Nya berupa seorang ibu yang begitu luar
biasa yang tidak mungkin bisa saya balas jasanya serta teman-teman yang selalu
membantu hidup saya. Oleh sebab itu, hal tersebut membuat saya sangat bersyukur
atas semua kenikmatan yang diberikan. Saya akan mempergunakan semua nikmat yang
Allah berikan dengan berusaha meringankan beban ibu saya serta dapat memberikan
apa yang saya bisa lakukan untuk membatu orang-orang di sekitar. Aamiin.
Indahnya berbagi, tolong menolong, mejadi seseorang yang lebih baik dan lebih
baik lagi dari hari kemmarin begitu ingin saya lakukan setiap harinya.
Sesungguhnya semua hal di dunia ini sudah ada yang mengaturnya yaitu takdir
yang berlaku untuk semua makhluk Allah. Akan tetapi, kita juga diberikan sebuah
pikiran serta tenaga oleh-Nya untuk berusaha merubah takdir tersebut. Sehingga
kita harus berusaha yang terbaik untuk kehidupan kita 100% serta tetap percaya
bahwa takdir Allah 100%.
Demikianlah kisah hidup saya secara
ringkas. heee. Saya berharap semua orang yang membacanya dapat mengerti bahwa
setiap kehidupan kita yang menurut kita sendiri tidak indah, bahwa sesungguhnya
di dalamnya terdapat takdir yang begitu indah. Yakinlah bahwa Allah sangat adil
dan selalu berada di dekat kita. Allah akan mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila mereka berdoa kepada Allah.
Dan marilah kita membahagiakan orang tua kita, selagi masih diberikan
kesempatan. JSelain itu, tak lupa saya ucapkanterima
kasih kepada RZIS yang sudah percaya untuk memberikan tunjangan hidup kepada
saya agar dapat membantu meringankan
beban ibu saya. Heee J.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar