Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Senin, 01 Juli 2013

Takdir yang Begitu Indah by Ratna Yulianti D3 Akuntansi SV


Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Nama saya adalah Ratna Yulianti. Saya dilahirkan di Pati pada tanggal 11 Juli 1994. Saya tinggal di sebuah desa Randukuning tepatnya RT 10 RW 3, Pati, Jawa Tengah. Saya terlahir di dalam keluarga yang sederhana dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Semenjak kecil saya dan kakak saya hanya mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu dan kakek dari ibu saya. Biaya hidup bahkan biaya sekolah kami pun ditanggug oleh ibu saya. Beliau sudah terbiasa menjadi tulang punggung keluarga. Ayah saya tidak bekerja dari dahulu semenjak kakak saya masih kecil, sedangkan ibu saya bekerja sebagai pedagang keliling berupa sayur-sayuran dan lauk pauk. Alhamdulillah ketika SD saya mendapatkan beasiswa, sehingga SD semenjak kelas 4SD saya tidak membayar biaya sekolah. Hal tersebut membuat beban ibu saya berkurang. Hal tersebut dikarenakan sangatlah susah membiayai kedua anaknya untuk bersekolah ditambah biaya hidup yang sangat mahal. Kakak saya dan saya selisih umurnya 6 tahun. Ibu saya selalu membanting tulang tanpa mengenal lelah, tiak pernah menunjukkan ke anak-anaknya bahwa beliiau lelah, jenuh, kecewa dengan takdir harus membanting tulang memenuhi kebutuhan satu ke kebutuhan selanjutnya. Akan tetapi semangat juang beliau tidak pernah redup, selalu bersinar terang dan menerangkan di dalam rumah. Sehingga hal tersebutlah yang selalu memotivasi diriku untuk menjadi orang yang diharapkan ibuku. Bisa menjadi seseorang yang sukses daripada beliau dan tetap berada di jalan Allah, tidak pernah sombong, dan berusaha menolong dan berbagi ke sesama dengan rasa ikhlas.


Ketika memasuki SMP, saya otomatis mendaftar di SMP favorit di Kabupaten Pati, begitu banyak rintangan untuk menuju ke sana, dari berbagai faktor tetangga yang sirik yang selalu mengompor-ngompori, segi materi akan ketakutan dengan biaya disana, serta guru SD yang menyuruh jangan mendaftar disana. Namun semuanya dapat terlewati dan alhamdulillah semenjak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMP, saya pun mendapatkan beasiswa. Sehingga ibu saya tidak perlu memikirkan biaya sekolah ketika SMP. Ketika kelulusan SMP, saya pun bingung. Keluarga saya, tetangga, bahkan kakek saya pun menyuruh saya untuk melanjutkan di sekolah kejurusan. Saya pun setuju-setuju saja, karena saya berfikir saya akan cepat bekerja jika bisa masuk SMK daripada SMA. Hal tersebut dikarenakan juga tuntutan biaya yang tidak akan bisa untuk menjamin saya kuliah jika melanjutkan ke jenjang SMA. Akan tetapi, detik demi detik, akhirnya saya terus berfikir dan tidak bisa membohongi hati kecil saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke SMA. Pada akhirnya Ibu saya merestui saya untuk mendaftar di SMA N 1 Pati yang merupakan SMA favorit di Kabupaten Pati. Saya pun mengikuti tahap demi tahap dalam penerimaan siswa baru dari tahap tes akademik, psikotes, dan lain-lain. Alhamdulillah sekali saya bisa diterima dan mendapatkan beasiswa hingga lulus SMA. Keluarga saya pun sangat bahagia. Masa-masa SMA sangatlah indah, takdirpun juga begitu indah, saya mendapatkan sesuatu rejeki atas takdir Allah yang begitu indah walaupun dengan keluarga yang tidak begitu harmonis dan mendapatkan hinaan dari tetangga-tetangga. Akan tetapi, saya yakin Allah selalu berada di dekat kita dan Allah akan selalu mengabulkan doa hambanya yang benar-benar meminta pertolongan-Nya. Dan akhirnya ketika kelas 2 SMA, ayah saya pun di panggil untuk menghadap Allah. Saya hanya bisa ikhlas dan melihat teman-teman SMA berdatangan, saya tetap masih bisa tertawa, mereka pun heran akan diriku. Semenjak saat itu, saya berjanji pada diri saya agar tidak terlihat lemah dan akan selalu bahagia di depan semua orang terutama ibuku. Hari-haripun berjalan, ketika mendekati kelulusan SMA, saya sudah tidak ada keinginan untuk melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi. Akan tetapi, teman-teman saya terutama teman satu kelas mengusahakan saya agar tetap kuliah. Mereka mencari informasi demi informasi penerimaan mahasiswa lewat jalur beasiswa. Akhirnya H-1 penutupan pendaftaran sekolah vokasi jalur PBUTM, teman saya memberitahukan informasi tersebut kepada saya. Saya pun langsung mendaftar, mengurus berkas kesana kemari dari RT hingga kecamatan. Syukur alhamdulillah, penutupan pendaftaran online dengan pengiriman berkas ada selisih harinya, sehingga saya bisa mengirimkan berkas hari esoknya lewat kantor pos. Setelah pengumuman, saya pun diterima di UGM jurusan D3 Akuntansi dengan melalui program PBUTM. Hal tersebut berkat usaha teman-teman SMA saya serta doa ibu yang selalu berdoa agar anaknya mendapatkan sesuatu yang terbaik olehnya. Begitu besar perjuangan teman-teman saya ketika SMA agar saya bisa kuliah. Ketika saya ingin daftar ulang D3 Akuntansi UGM lewat jalur PBUTM, mereka pun memfasilitasi saya kos kakak kelas untuk menginap agar bisa diantarkan ketika daftar ulang karena saya tidak mempunyai saudara di Jogja bahkan orang yang saya kenal. Selain itu,teman saya juga membelikan tiket travel PP Pati-Jogja, uang saku, dan lain-lain yang diantarkan malam-malam di rumah saya. Padahal posisi mereka saat itu belum memperoleh universitas. Akan tetapi mereka malah mengusahakan saya agar benar-benar bisa diterima dan bisa daftar ulang. Begitu indahnya persahabatan ketika itu. Takdir Allah begitu indah, dimana dari kecil saya merasa paling menderita dimana tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah, mendapatkan hinaan dari tetangga, banyaknya cobaan dalam hidup, namun difikir-fikir begitu banyak anugerah-anugerah yang Allah berikan di selip-selip cobaan itu.Salah satunya adalah beberapa sahabat yang selalu care terhadap masa depan saya.
Di daerahku, kebanyakan tetangga-tetangga di sekitar rumah, anak-anaknya tidak melanjutkan kuliah. Bahkan mereka kebanyakan setelah SMP melanjutkan SMK kemudian kerja lalu menikah. Sedangkan saya memilih jalan yang berbeda. Paling tidak saya harus menuntut ilmu setinggi langit, sehingga bisa menunjukkan ke semua orang bahwa ibu saya dapat merubah hidupku dengan perjuangannya beliau selama ini. Di setiap perjalanan hidup saya, hanya terselip suatu harapan, saya ingin merubah kehidupan keluarga saya, ingin membahagiakan orag-orang di sekitar terutama ibu serta kakekku. Selain itu ingin menunjukkan ke tetangga-tetangga semuanya bahwa saya bisa menjadi orang sukses bahkan bisa membantu mereka semua dan dapat membantu anak-anak yang tidak beruntung untuk sekolah. Hal itu semuanya berkat doa ibu yang selalu memohon agar saya dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripada beliau. Hal tersebut dikarenakkan, ibu saya hanya seorang lulusan SD. Ibu saya hanya selalu berusaha terbaik untuk membanting tulang , bekerja tanpa mengenal lelah, sehingga tidak ada kata hari libur bagi beliau kecuali ketika jatuh sakit. Beliau hanya berusaha mencari-mencari uang sebanyak banyaknya yang penting halal dan barokah untuk membiayai biaya sekolah anak-anaknya serta dapat makan setiap harinya.
            Ketika saya memasukki kuliah, saya pun mencoba bertanya di DAA, ditmawa, akademik kampus, dan lain-lain tentang beasiswa PBUTM. Saya mencoba mencari info tentang kebenaran tidak adanya uang saku pada beasiswa PBUTM. Dan memang tidak adanya uang saku, sehingga ibu saya harus menanggung biaya hidup saya saat kuliah.Melihat saya yang kuliah jauh dari kota kelahiran saya, ibu saya tambah membanting tulang dalam bekerja. Beliau selain berjualan sayur-sayuran di pagi hari, sorenya membuat masakan masak seperti pepes, bandeng presto, botok, kare, dan lain-lain untuk di jual pagi harinya dengan cara membawanya saat jualan keliling. Sehingga hari-hari beliau begitu keras. Bekerja tanpa mengenal henti dan hanya hiburan berupa sinetron setiap malamnya yang menemani beliau dalam memasak masakan masak yang akan dibawa beliau untuk dipasarkan. Maka dari itu, rumah begitu berantakan tanpa terurus sama sekali. Ketika saya pulang kampung selama kuliah, begitu wow keadaan rumah. Pasti ketika pulang saya mencoba meringankan beban orang tua untuk mengabdi kepada beliau. Sehingga, hal tersebut membuat saya berfikir keras dan merasa iba kepada beliau. Hingga akhirnya semester 1 saya part time di KWM, akan tetapi ketika hampir ujian akhir semester 1, saya memutuskan  keluar. Setelah itu, saya pun akhirnya memutuskan untuk mencari dan terus mencari beasiswa lain, namun susah sekali untuk mendapatkan beasiswa yang dimana syaratnya bagi yang sudah mendapatkan beasiswa boleh mendaftarkan beasiswa tersebut. Akhirnya, syukur Alhamdulillah memang subhanallah maha besar Allah. Allah memberikan anugerah yang begitu indah. Menunjukkan pengumuman tunjangan hidup R-ZIS ketika liburan semester 1. Akhirnya saya pun mengajak teman-teman saya untuk mendaftar. Namun, begitu banyak halangan yang terjadi, mengurus surat dari kampus begitu susah, akademik kampus tetap kekeh bilang bahwa itu beasiswa dan melarang saya dan teman-teman tidak mendaftar. Akan tetapi saya mencoba untuk mengirim inbox ke FB R-ZIS untuk menanyakan, akhirnya boleh untuk dicoba. Akhirnya kami ke kantor untuk mengambil formulir, karena R-ZIS merupakan tunjangan hidup bukan berupa beasiswa sehingga jalur PBUTM bahkan beasiswa yang lain boleh mendaftar tunjangan hidup R-ZIS.
            Ketika hari wawancara R-ZIS, saya pun pesimis. Saya selalu tidak bisa berbicara dalam hal wawancara. Dari dahulu saya susah untuk berbicara untuk mengeluarkan kata-kata dalam benakku. Sehingga jawaban-jawaban yang saya lontarkan juga apa yang sebenarnya saya rasakan. Namun syukur Alhamdulillah sekali, Allah memang mengetahui hamba-hambanya yang membutuhkan. Sehingga dengan perasaan yang pesimis, Allah pun memberikan nikmat atas takdir yang diberikan-Nya. Saya pun mendapatkan tunjangan hidup R-ZIS full 250rb/bln. Begitu bersyukyurnya saya, sehingga bisa mengurangi beban orang tua saya tentang pembayaran kos, biaya makan, serta bisa membeli sepeda bekas. Sehingga saya tidak perlu berjalan dari kos sampai rektorat, gelanggang, kampus, dan lain-lain. Sehingga bersyukyurnya saya atas semua nikmat yang diberikan-Nya berupa seorang ibu yang begitu luar biasa yang tidak mungkin bisa saya balas jasanya serta teman-teman yang selalu membantu hidup saya. Oleh sebab itu, hal tersebut membuat saya sangat bersyukur atas semua kenikmatan yang diberikan. Saya akan mempergunakan semua nikmat yang Allah berikan dengan berusaha meringankan beban ibu saya serta dapat memberikan apa yang saya bisa lakukan untuk membatu orang-orang di sekitar. Aamiin. Indahnya berbagi, tolong menolong, mejadi seseorang yang lebih baik dan lebih baik lagi dari hari kemmarin begitu ingin saya lakukan setiap harinya. Sesungguhnya semua hal di dunia ini sudah ada yang mengaturnya yaitu takdir yang berlaku untuk semua makhluk Allah. Akan tetapi, kita juga diberikan sebuah pikiran serta tenaga oleh-Nya untuk berusaha merubah takdir tersebut. Sehingga kita harus berusaha yang terbaik untuk kehidupan kita 100% serta tetap percaya bahwa takdir Allah 100%.
Demikianlah kisah hidup saya secara ringkas. heee. Saya berharap semua orang yang membacanya dapat mengerti bahwa setiap kehidupan kita yang menurut kita sendiri tidak indah, bahwa sesungguhnya di dalamnya terdapat takdir yang begitu indah. Yakinlah bahwa Allah sangat adil dan selalu berada di dekat kita. Allah akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila mereka berdoa kepada Allah.  Dan marilah kita membahagiakan orang tua kita, selagi masih diberikan kesempatan. JSelain itu, tak lupa saya ucapkanterima kasih kepada RZIS yang sudah percaya untuk memberikan tunjangan hidup kepada saya agar dapat  membantu meringankan beban ibu saya. Heee J.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar