Aku
adalah anak pertama dari dua bersaudara. Wulan Fatimah Rohman, itulah nama yang
umi dan aba berikan padaku. Berharap anak perempuannya ini bisa mengikuti
jejak-jejak perjuangan hidup Fatimah, putri yang sangat disayangi Rosulullah.
Aku lahir di tengah masyarakat yang bisa dikatakan jauh tertinggal dari
kepedulian akan pendidikan, maka tidak heran bila teman-teman sebayaku saat itu
memilih putus kuliah untuk bekerja serawutan, menikah sangat dini, atau malas
dan akhirnya menjadi momok masyarakat. Lebih dari itu, dusun tempat saya
tinggal tidak jauh dari salah satu tempat lokalisasi terbesar di Kabupaten Banyuwangi, membuat lingkungan
tempat tinggalku stategis untuk sarang tindak asusila.
Sama
halnya dengan aba, umi sangat peduli dengan pendidikanku, “Umi dan aba rela
tidak makan asalkan Wulan tetap lanjut sekolah.” Itu adalah kalimat yang senantiasa
di ucapkan umi dan aba.
Waktu
sangat cepat membawaku menyelesaikan jenjang SMA. Telah ku tanggalkan seragam
abu-abu dan bermimpi menjadi seorang mahasiswa. Tanpa ku utarakan keinginanku
untuk kuliah, umi dan aba pasti menyuruhku menjemput impian itu, walau aku tahu
saat itu perekonomian keluarga kami sedang sulit. Sembari menunggu pengumuman SNMPTN
tulis, aku kembali membuat bros dari kain flanel, usaha yang pernah aku geluti
semasa SMA bersama teman-teman. Keuntungannya aku simpan untuk tambahan biaya
kuliah, yang akhirnya dipakai untuk membeli bubur dan susu adek, ya adekku
masih berumur 2 tahunan saat itu.
Malam
pengumuman SNMPTN tulis, aku harus ke kota untuk mengakses internet.
Subhanallah, alhamdulillah, aku diterima di Fakultas Biologi UGM dengan SPMA
Nol. Suara di seberang sana juga tak kalah bahagianya, “Alhamdulillah, Wulan
cepat pulang ya.” Kata umi lewat telpon. Sepanjang jalan tak hentinya aku
mengucapkan rasa syukur pada Allah. Sesampainya di rumah, aku disambut dengan
air mata bahagia umi. Aku tak percaya saat itu aba juga mengeluarkan airmata,
hal yang selama ini aku anggap suatu pantangan bagi aba. Keesokan harinya aku
langsung melangsungkan nadzar keduaku. Keluargaku sedang dalam euforia
kebahagiaan.
Dua
hari setelah hari bahagia itu, Pakde datang ke rumah dan menghampiriku yang
sedang menyiapkan berkas-berkas untuk registrasi ulang. Beliau berkata, “Nduk (Panggilan orang Jawa untuk anak
perempuan), tidakkah sebaiknya kamu tunda dulu kuliahmu tahun ini, kasian umi
dan abahmu sedang susah.” Ya Allah, aku bisa merasakan bagaimana kebahagiaanku
luruh seketika, aku tak bisa bereaksi apa-apa kecuali airmata yang meluncur
deras.
Rupanya
hal itu terdengar di telinga aba, usai jamaah sholat magrib aba menghampiriku,
“Wulan akan tetap kuliah, aba akan berusaha dan Allah akan memberi jalan, Nduk.
Percaya itu.” Aku kembali sesenggukan, “Ini adalah ujian Wulan untuk menuntut
ilmu, sabar ya.” Umi menambahkan.
“Seorang
ibu, jika meminta anaknya untuk membeli bumbu dapur tentu memberikan pula uang
pada anak tersebut. Begitu pula dengan Allah, menuntut ilmu adalah perintah
Allah, maka Allah akan memberi jalan untuk niat itu.” Aku menguatkan diri
sendiri.
Aku
tak akan pernah lupa itu, H-2 keberangkatanku ke Jogja, aba pulang ke rumah
dengan wajah sumringah dan satu kalimat keluar dari mulut aba, “Akhirnya Wulan
jadi kuliah.” Beberapa detik kemudian aku tahu bahwa uang itu adalah hasil aba
menggadaikan sepeda motor.
“Tenang
saja, nanti aba akan menebus kembali sepeda itu.” Kata aba dengan senyum yang
masih melekat di bibirnya. Lagi-lagi aku tak bisa berkata apapun, “Terima
kasih, Aba.”
Dengan
uang hasil menggadaikan sepeda motor, aku berangkat ke Jogja meninggalkan umi
dan aba, orang yang akan selalu aku rindukan. Aku gemetar ketika pertama kali
menginjakkan kaki melewati gerbang utama Universitas Gadjah Mada. Universitas
impian sejak pertama aku mendengar namanya. Di sinilah aku belajar, di sinilah
aku mengukir nama dalam catatan pendidikan dunia, di sinilah aku akan
mewujudkan keinginan umi dan aba.
Sangat
senang ketika aku mengikuti serangkaian acara PPSMB Palapa yang berakhir dengan
pencetakan rekor MURI, di lanjutkan dengan PPSMB Fakultas dimana aku lebih
dekat mengenal biologi dan teman-teman yang akan bersama-sama berjuang denganku
sebangai Gamada Biologi 2012.
Bulan
pertama, bulan kedua, bulan ketiga, kuliahku lancar. Aku semakin nyaman berada
di UGM. Namun, perekonomian keluargaku tidak demikian. Aku harus dengan baik
mengatur pengeluaranku setiap harinya. Apalagi ketika aba telpon dan berkata,
“Maaf ya, Nduk. Aba masih belum bisa kirim.” Aba tak perlu minta maaf, umi dan aba sudah terlalu banyak berbuat
untuk aku. Pikirku dalam hati. Aku mencari-cari peluang beasiswa, tak
bosannya aku mengajukan aplikasi beasiswa dan tak lelah aku menunggu pengumuman
yang ternyata rezeki belum berpihak kepadaku. Pernah sekali, aku mendapatkan beasiswa
aktivis dari KABIOGAMA dan aku gunakan untuk membayar SPP. Selain kuliah, aku
membuat seni perjalanan kuliahku dengan bergabung di organisasi, baik tingkat
fakultas maupun universitas. Sejak awal kuliah aku juga sudah ikut jadi volunteer
di Sekolah Rakyat Kalam dengan bayaran yang tidak tetap, tak masalah bagiku
karena niat awal bukan mencari bayaran tapi untuk berbagi.
Untuk memenuhi
kebutuhan, aku bekerja sebagai guru les privat. Alhamdulillah, pemilik Sekolah
Rakyat Kalam yaitu mantan Dekan Pariwisata UGM dan Dosen LPP menawariku untuk
menjaga rumah kontrak beliau yang ada di Jalan Gayam, dekat Jembatan
Lempuyangan, dengan dibayar setiap bulan dan gratis tinggal disana.
“Allah melapangkan
dirimu agar engkau tidak dalam kesempitan, dan Allah menyempitkan dirimu agar
tidak hanyut dalam kelapangan, dan Dia melepaskan dirimu dari keduanya agar
engkau tidak menggantungkan kepada sesuatu selain-Nya.” Tak hentinya aku
terkagum dengan skenario Allah yang sangat luar biasa.
Angin segar kembali
menghampiriku, ketika aku melihat namaku tercantum di pengumuman penerima
Beasiswa R-ZIS. Uang yang saya terima bukanlah uang sembarangan, itu adalah
uang dari zakat, infaq, shodaqoh banyak orang, jadi saya harus extra hati-hati
menggunakannya. Terima kasih dariku untuk R-ZIS yang telah membantuku untuk
tetap struggle menjalani kehidupan sabagai mahasiswa. Semoga R-ZIS tetap
konsisten memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa yang membutuhkan dan
siapapun yang bergerak di balik beasiswa R-ZIS diberi keberkahan hidup dari
Allah. Aamiin.... J
Terkhusus paketan
terima kasihku pada umi dan aba yang telah banyak berjuang untukku, kan ku
sampaikan pada Allah betapa kalian terlampau baik menjagaku. Bingkisan istimewa
terimakasih untuk-Mu Ya Allah, telah menempatkanku di antara orang-orang yang
senantiasa menyebut asma-Mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar