Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Senin, 01 Juli 2013

PERJUANGAN DI KAMPUS KERAKYATAN by Vierdy Septa Ardika D3 Teknik Geomatika 2012


Assalamu’alaikum wr.wb
            Perkenalkan Nama saya Vierdy Septa Ardika  saya mahasiswa D3 Teknik Geomatika 2012 asli dari Jogja. Dengan tulisan ini saya akan bercerita tentang beberapa pengalaman hidup saya untuk berjuang agar bisa belajar di “KAMPUS KERAKYATAN”  yang teletak di Kota Pelajar ini. Dulu di masa sekolah “putih abu-abu” tidak pernah terbayangkan dalam benak saya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan tinggi. Bagiku setelah lulus sekolah langsung bekerja dan bisa meringankan beban orang tuaku untuk mmebiyayai hidup Ku, maklumlah penghasilan Orang Tuaku sebagai buruh tani pas-pasan untuk biaya hidup sehari-hari, belum lagi Aku tinggal di linkungan yang kurang perhatian dalam dunia pendidikan yang banyak anak putus sekolah di kampungku. Dengan kondisi seperti itulah yang membentuk pola pikirku, untuk sekolah sampai SMK saja sudah cukup. Namun berbeda dengan lingkungan keluargaku sendiri, yang sangat peduli tentang makana sebuah pendidikan sehingga Bapak dan Ibuku sampai rela menjual sawah untuk beaya pendidikan  anak-anaknya. Namun semenjak kejadian itu pola pikir ku mulai berubah, yaitu semenjak kakaku meninggal dunia, kakakku meninggal dunia di usia yang sangat muda 22 tahun, waktu itu kakakku baru saja satu bulan Diwisuda di Gedung Graha Saba Pramana lulusan teknik mesin UGM. Kakakku pernah bercerita bahwa dia akan terus melanjutkan study setelah lulus nanti, namun kondisi ekonomi yang tidak mendukung dan saya baru saja masuk sebagai siswa putih abu-abu sehingga membutuhkan beaya pendidikan banyak. Akirnya kakak ku pun menunda Cita-citanya untuk lanjut Kuliah, dan langsung terbang ke Pulau Sumatera tepatnya Propinsi Riau dan bekerja disana. Namun setelah satu bulan bekerja, tiba-tiba ada telepon dari temanya bekerja di sana bahawa kakak saya sedang sakit. Dikabarkan bahwa kakakku terkena radang selaput otak hingga koma tak sadarkan diri sampai dua bulan, dan akirnya Alloh telah memanggil kakakku di usia yang masih muda, waku itu aku pun sangat terpukul dan terbesit dalam benak ku untuk berhenti saja sekolah dan bekerja cari uang saja. Namun bebrapa hari setelah pemakaman kakaku tak di sengaja aku membaca sebuah buku didalamnya kakakku menuliskan cita-cita besarnya dan dibawah tulisan itu di imbuhi namanya dengan gelar Pofesor. Semenjak membaca tulisan itulah aku mulai berfikir tentang makna dari sebuah pendidikan, aku masih ingat betul bagaimana masa kuliah Alm kakaku dengan segala keterbatasan tidak punya motor, tidak punya komputer, bayar kuliah hutang sana sini, makan sering di bayari teman, tidur pun numpang. Namun Kakaku bisa melewati tantangan hidup seperti itu dan bisa lulus dari UGM dengan IPK diatas 3 dan tepat waktu.





Akirnya akupun ikut ujian seleksi masuk UGM,dan Alhamdulillah namaku pun tercatat sebagai salah satu diantara ribuan Mahasiswa Di Universitas Gadjah Mada tersebut. Rasa senag namun bercampur binggung juga, mau di bayar pakai apa beaya kuliah nanti. Singkat cerita aku pun menulis surat permohonan keringanan beaya kuliah pada Rektor UGM, yang berkas nya aku kumpulkan di DAA. Namun sampai hari terakir batas registrasi mahasiswa baru surat permohonan itu belum ada tanggapan. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan tanggapan surat itu ke DAA, dan DAA memberitauhan bahwa surat pemohonan itu di tanyakan saja ke Dir  Keuangan. Singkat cerita setelah aku konfirmasi ke Dir Keuangan katanya masih dalam proses, padahal hari itu hari terakir Registrasi dan waktu sudah menunjukan sekitar pukul 09.00.  Setelah keluar dari Dir Keuangan, dengan pikiran yang bingung harus cari dimana uang untuk registrasi. Aku pun berhenti sejenak di Masjid Kampus dan aku mencoba untuk mengirim pesan pada teman-temanku untuk meminta bantuan meminjam uang, namun lagi-lagi belum ada tanggapan. Aku pun pun berwudu dan segera sholat dhuha, setelah sholat dhuha aku bedoa Ya ALLOH berilah Hamba kemudahan dalam hidup ini dan lapangkan rezeki hamba. Lalu setelah selesai berdoa aku duduk di tangga Masjid. Tiba-tiba ada pesan singkat masuk yang intinya bebrapa temanku bisa meminjami aku uang. Aku pun segera bergegas menaiki sepeda motor tua ku untuk mengambil uang pinjamam tersebut. Aku harus bolak balik dari Bantul sampai Kaliurang. Alhamdulillah uang pinjaman itu pun terkumpul namun karena terburu-buru aku tak sempat menghitung jumlah uang tersebut. Adzan Sholat Ashar pun sudah berkumandang, dengan buru-buru aku mempercepat laju motor tuaku. Setelah sampai di depan pintu Bank tenyata Bank sudah tutup, rasa sedih kecewa bercampur aduk. Namun tiba-tiba dari dalam Bank seorang satpam keluar dan  bertanya pada saya. Setelah saya bercerita dengan satpam, satpam itu pun masuk sebentar dan keluar lagi menghampiri saya. Alhamdulillah akirnya walau sudah terlambat saya diberi kesempatan untuk membayar beaya kuliah semester 1, di dalam Bank itu pun aku masih harus mengitung jumlah uang nya cukup atau tidak, dan ternyata uangnya pas hanya sisa 10 ribu itu pun receh. Kejadian itupun mengingatkan ku kembali pada Alm Kakaku, Alm Kakaku sempat mengalami hal yang sama dalam pembyaran di Bank, terlambat sepertiku. Namun berkat pertolongan Alloh SWT hal yang tidak mungkin, bisa mungkin terjadi. Akirnya saya bisa mengikuti perkuliahan di Program Study D3 Teknik Geomatika UGM walau dengan segala keterbatasan yang aku miliki.
            Semasa kuliahpun aku masih binggung cari uang untuk bayar utang harus bagaimana. Sebagai kebiasaan ku, setiap ada papan pengumuman aku sering baca-baca isi dalam papan itu. Dalam sudut kanan atas diinformasikan bahwa R-ZIS UGM , membuka seleksi calon mahasiswa untuk diberi baya tunjangan hidup. Aku pun mencoba mncoba mendaftar seleksi calon Penerima Tunjangan Hidup dari R-ZIS itu. Alhamdulilah akupun diterima, dengan uang tunjangan hidup  ini aku bisa mencicil hutang-hutang ku dan meringankan beban orang tuaku. Dan dalam hati ku bekata aku harus kuliah dengan rajin, dan kelak jika sudah sukses nanti Insyallah aku akan datang ke R-ZIS bukan untuk meminta bantuan tunjangan hidup, namun meminta bantuan pada R-ZIS untuk menyalurkan sebagian hartaku untuk pejuang-pejuang pendidikan dengan keterbatasan ekonomi sepertiku, AMIN YA ALLOH.                      
Wassalamu’alaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar