Nama
saya Siti Yuliana, salah seorang mahasiswi D3 Bahasa Perancis SV UGM angkatan
2012. Saya lahir di Seumira Teunom, tetapi di akta kelahiran ditulis Klaten
karena ayah dan ibu asli Klaten. Ayah berumur sekitar 70 tahun sedangkan ibu 63
tahun. Ayah tidak bekeja, hanya memelihara seekor sapi miik tetangga, tetapi
sekarang sudah bisa mendapat satu bagian sendiri dari hasil memelihara itu. Ibu
bekerja sebagai seorang buruh tani terutama di musim tanam padi. Ibu juga
membiayai hidup kami dengan menggarap sawah warisan kakek seluas sekitar 1.700
meter persegi. Saya anak bungsu dari tiga bersaudara. Pada ahn 2000 saya diajak
ibu pulang ke Klaten karena di Seumira diteror oleh tentara Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) yang tidak suka akan keberadaan para transmigran seperti
keluargaku.
Sejak
SD saya bermimpi untuk kuliah di UGM. Saya ingin penddikan saya bisa lebih
tinggi dari kakak-kakak saya. Untuk dapat mewujudkan hal itu maka saya harus
benar-benar belajar dengan giat. Sejak SD itu pula saya sudah belajar mencari
uang sendiri dengan menjual chiki sepulang dari sekolah. Saya berjualan chiki
hingga lulus SMP.
Setelah
lulus SD saya ingin melanjudkan sekolah ke SMP N 1 Prambanan Klaten. SMP ini
merupakan salah Satu sekolah terfavorit di daerahku yang berstandar Nasonal.
Kondisi orang ekonomi orang tua yang pas-pasan, tentu menjadi salah satu alasan
yang mendasar untuk melarang saya sekolah di SMP N 1 Prambanan Klaten. Tetapi
saya nekat mendaftar di sekolah favorit itu dan akhirnya diterima melalui jalur
tes. Beruntung selama sekolah di SMP N 1 Prambanan itu saya mendapat keringanan
biaya sekolah.
Selulusnya
dari SMP saya dilarang untuk melanjudkan sekolah terlebih sekolah yang saya
inginkan lagi-lagi adalah sekolah erfavorit yaitu di SMA N 1 Klaten yang ada
kelas akselerasinya. Tentu saja orang tua melarang keras. Ketika saya
memohon-mohon pada ibu, ia menyarankan agar saya mohon saran pada kakak
pertama. Seandainya kakak mengizinkan maka ibu pun akan merestui. Beruntung saya
berhasil membujuk kakak untuk mengizinkan saya melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi. Tetapi tidak boleh di SMA N 1 Klaten. Dia member pilihan
pada saya yaitu, SMA N Prambanan Klaten
atau SMK N 1 Jogonalan Klaten. Saya memilih SMA N 1 Prambanan karena saya tidak
mau di SMK.
Ketika
di semester 2 kakak kedua saya menyuruh berhenti sekolah dan bekerja untuk
membantu membangun rumah karena menurutnya jika saya sekolah hanya menambah
beban orang tua saja. Saya putus asa kemudian saya bercerita tentang hal ini
pada salah seorang ibu guru yang aku percaya. Ibu guru itu membantu saya. Dia
menyuruh saya untuk bekerja bantu-bantu menyapu, mengepel, menyetrika dan
lain-lainnya di rumahnya dan dia akan membayar saya perbulan untuk membantu
meringankan beban orang tua dalam membayar uang SPP. Saya bersedia. Setiap
pulang sekolah dua hari sekali saya datang ke rumahnya. Kebetulan ada guru lain
yang kasihan juga terhadap saya setelah mendengar cerita tentang saya dari ibu
guru itu. Guru lain itu juga menawarkan sebuah penawaran yang sama. Tentu saja
saya bersedia karena saya memang benar-benar butuh uang itu. Jadi saya
selang-seling. Namun, ini hanya berlangsung sekitar 5-7 bulan karena nilai
rapor saya turun drastic. Saya tidak bisa mengatur waktu dengan baik.
Saat
kelah XII, teman-teman sering konsultasi pada guru BK mengenai ujian nasional
dan perguruan tinggi begitu juga saya. Saya sempat dimarahi guru bk karena saya
nekat tidak mau kuliah kecuali di UGM. Terang saja saya dimarahi karena saya dilatarbelakangi
dari sebuah keluarga yang ekonominya pas-pasan. Saya dikira hanya mementingkan
nama kampus UGM yang mentereng. Dari pihak orang rumah pun semakin melarang
saya untuk kuliah. Mereka takut meskipun saya ingin mencari beasiswa, mereka
takut akan biaya sehari-hari seperti kos,uang transport naik bis, buku dan
lain-lain. Namun, ketika ada undangan beasiswa PBUTM bahasa Perancis SV UGM
saya didukung oleh sekolah untuk mendaftar di UGM.
Setelah
Ujian Nasional saya mengikuti kursus jahi sarung tangan. Setelah sebulan saya
ditawari untuk bekerja di Surabaya dan berangkat tanggal 19 Mei. Sementara
pengumuman diterimanya PBUTM adalah tanggal 20. Saya meminta kelonggaran waktu
pada kepala LPK. Dia menyuruh saya agar berangkat setelah menerima pengumuman
seandainya pengumuman itu tidak memuaskan saya menyetujuinya. Alhamdulillah
Tuhan merestui untuk saya melanjutkan di UGM. Saya diterima.
Saya
mencoba memberi pengertian pada ibu dan kakak-kakak saya. Satelah melakukan
perdebaan lama dan terjadi emosi serta tangis diantara saya, kakak dan ibu
saya, akhirnya kakak memperbolehkan dengan syarat saya harus berani mengambil
resiko seandainya nanti saya diharuskan membayar uang kuliah dan orang tua
tidak sanggup maka saya harus berhenti. Saya menyetujuinya. Dan saya juga memutuskan
untuk meringankan biaya transport saya akan naik sepeda dari rumah sampai
kampus. Dan sampai sekarang Alhamdulillah saya masih kuat untuk bersepeda. Terlebih
setelah saya dihadiahi sebuah sepeda baru oleh Pak Wikan direktur sekolah
vokasi. Terimakasih Tuhan.
Selama
saya di sekolah vokasi, setiap ada beasiswa pasti nama saya ada di dalam daftar
pendaftar beasiswa. Alhamdulillah Tuha menjodohkan saya sebagai penerima
beasiswa tunjangan hidup di R-Zis. Awalnya saya ingin gunakan uang ini untuk
kos, namun mencari yang bulanan cukup sulit. Akhirnya saya putuskan untuk
disimpan untuk membeli nootbook. Namun sayangnya saya tidak pandai dalam
mengelola dana hingga akhirnya uang itu saya gunakan untuk kebutuhan saya
sehari-hari selama di kampus seperti makan,
fotocopy, membeli alat tulis, dan yang tidak kalah penting adalah untuk ke
warnet mengerjakan tugas karena hampir semua tugas wajib untuk diketik. Apalagi
sekarang saya sangat aktif dalam acara dan kegiatan di kampus dengan beasiswa
dari R-Zis saya bisa melakukan aktivitas saya dengan lancar dan tanpa membebani
orang tua. Terimakasih R-Zis.
Kak tanya dong, kalau d3 bhs perancis ntar s1 bisa lanjut di sastra perancis?
BalasHapus