Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Selasa, 02 Juli 2013

KEBERUNTUNGAN SEORANG ANAK DESA by Romdlon Fauzi Farmasi 2009




Akudilahirkan di Kelurahan Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Lahir dari pasangan Achmat Jasir dan Rofiah, aku anak kedua dari enam bersaudara. Nama Romdlon Fauzi diberikan karena aku dilahirkan tanggal satu Ramadhan dan sebuah doa agar aku selalu beruntung, atau mungkin juga sebuah keberuntungan aku dilahirkan ketika bulan Ramadhan.
Aku dibesarkan di lingkungan desa yang kental dengan budaya desanya. Setiap selesai sholat maghrib bapak selalu menyuruhku untuk mengaji. Waktu itu aku belum tau apa manfaat mengaji itu, namun sekarang aku merasakan betapa beruntungnya aku dulu dipaksa untuk mengaji. Waktu hari libur sekolah, kegiatan ke sawah untuk membantu orang tua adalah sebuah kewajiban bagi anak desa. Dari sana kuperoleh sebuah pelajaran, betapa rekoso (susah) untuk memperoleh sesuap nasi. Berpanas-panas di bawah terik matahari dan bermandikan peluh. Dihari-hari biasa setelah pulang sekolah, merumput adalah pekerjaanku. Sebuah pembelajaran untuk anak-anak agar membiasakan diri untuk bekerja keras.
Bapakku tidak pernah lulus SD karena keharusan untuk membantu orang tua mencari penghidupan dan Ibuku Alhamdulillah sempat menamatkan sekolah SD-nya namun karena keterbatasan biaya beliau tidak sempat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Meskipun demikian orang tuaku mewajibkan anak-anaknya untuk terus belajar baik di pendidikan formal maupun non-formal dan mereka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih. Dan aku pun memilih belajar di pendidikan formal hingga perguruan tinggi sekarang ini.
Perjalananku hingga bisa kuliah di perguruan tinggi bernama Universitas Gadjah Mada ini kuanggap sebagai sebuah keberuntungan atau sebuah anugerah dari Allah SWT. Jika hanya dibayangkan kecil kemungkinan seorang anak buruh tani yang sejengkal sawah pun tak punya dengan enam saudara yang harus ditanggungnya bisa menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Biaya dari mana? Sedangkan kuliah itu butuh biaya yang tidak sedikit. Namun jika Allah berkehendak, taka da sesuatu yang tak mungkin bagi-Nya.
Berawal dari sebuah cita-cita untuk menjadi guru, aku bertekad utnuk melanjutkan pendidikan formalku. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah aku melanjutkan ke SMA. SMA Negeri 1 Kota Blitar menjadi pilihanku. Tiga tahun di SMA, biaya sekolahku sebagian besar dicukupi beasiswa. Mulai dari beasiswa BKSM dari dinas pendidikan hingga beasiswa dari Bank BRI. Di akhir SMA aku daftar PMDK di perguruan tinggi UM yang dulu dikenal dengan IKIP Malang. Rencanaku aku kuliah di keguruan dan lulus akan menjadi guru. Namun rencana Allah lain. Aku tidak diterima di UM meskipun jika dihitung sertifikat prestasiku lebih banyak dari temanku yang lain. Tapi jika bukan jatahnya apapun alasannya pasti tak akan bisa, dan aku yakin rencana Allah pasti lebih baik karena hanya Dialah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan hambanya.


Selain mendaftar di UM aku ikut daftar di UGM. Alasanku mendaftar ke UGM waktu itu hanya sebatas ikut taman-temanku yang lain. Hampir 50% siswa sekolahku mendaftar ke UGM. Dengan uang pas-pasan untuk mendaftar, waktu itu Rp175.000,00, aku nekat daftarke UGM.Bersama teman akrabku Muhammad Ilma Muslih Arrozaqi yang sekarang di Teknik Nuklir UGM, aku berjuang mulai mencarikan pinjaman uang pendaftaran untuk temanku hingga belajar bersama hidup di lingkungan baru yang jauhdaritempatasal.
Singkat ceritaaku dan temanku berhasil registrasi untuk ujian tulis UM UGM rayon Yogyakarta.Rayon Yogyakarta menjadi pilihan walaupun di JawaTimur ada rayon Madiun yang lebih dekat.Mungkin agar lebih termotivasi ketika melihat langsung kemegahan Universitas Gadjah Mada yang nantinya aku akan menjadi bagiannya.
Namun masalah baru muncul setelah berhasil melakukan registrasi untuk ujian. Biaya untuk ujian bagaimana?.Blitar-Yogyakarta bukanlah jarak yang dekat dan pastinya perlu biaya yang lumayan banyak bagiku.Waktu itu juga ada komunitas mahasiswa blitar di Yogyakarta yang menawarkan untuk bernagkat bersama, namun biaya yang harus dikeluarkan masih terasa berat untukku.
Di tengah kesulitan tersebut, Allah memberikan jalan keluar yang tak disangka-sangka. Seorang teman menawarkan tumpangan mobil gratis untukke Yogyakarta. Sungguh betapa indah cara Allah memberikan jalan keluar dari permasalahan hambanya.
25 April 2009, hari yang ditunggu semua calon mahasiswa UGM. Hari pengumuman apakah calon-calon mahasiswa yang sudah melewatis eleksi yang ketat itu berhak menjadi bagian dari Universitas Kerakyatan atau tidak. Sebuah kenikmatan yang luar biasa dianugerahkan Allah kepada hambanya. Sebuah amanah baru diberikan kepadaku. Aku diterima di fakultas Farmasi dengan SPMA Rp 0,00.
Cerita di atas adalah sebagian kecil dari keberuntungan seorang anak desa yang memberikan kita beberapa pelajaran antara lain ;
Pertama, ketika kita punya sebuah cita-cita bertekatlah untuk meraih cita-citamu. Berusahalah semampumu dan Allah pasti akan memberika yang terbaik untukmu.  
Kedua, sebuah kegagalan bukanlah akhir dari sebuah usaha untuk meraih cita-cita. Ketika engkau gagal pasti ada kesuksesan lain yang telah menunggumu di depan dan itu tidak akan engkau temui jika engkau berhenti berusaha. 
Ketiga, yakinlah Allah selalu memberikan jalan keluar dari setiap masalah dan jalan keluar itu mungkin diluar sangkaan kita karena pikiran kita sangat terbatas.Mungkin masih banyak lagi pelajaran yang bisa diambil dari  cerita tersebut, semoga bisa memberikan manfaat untuk pembacasemuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar