Akudilahirkan di
Kelurahan Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Lahir dari pasangan Achmat
Jasir dan Rofiah, aku anak kedua dari enam bersaudara. Nama Romdlon Fauzi
diberikan karena aku dilahirkan tanggal satu Ramadhan dan sebuah doa agar aku
selalu beruntung, atau mungkin juga sebuah keberuntungan aku dilahirkan ketika
bulan Ramadhan.
Aku dibesarkan di
lingkungan desa yang kental dengan budaya desanya. Setiap selesai sholat
maghrib bapak selalu menyuruhku untuk mengaji. Waktu itu aku belum tau apa
manfaat mengaji itu, namun sekarang aku merasakan betapa beruntungnya aku dulu
dipaksa untuk mengaji. Waktu hari libur sekolah, kegiatan ke sawah untuk
membantu orang tua adalah sebuah kewajiban bagi anak desa. Dari sana kuperoleh
sebuah pelajaran, betapa rekoso (susah) untuk memperoleh sesuap nasi.
Berpanas-panas di bawah terik matahari dan bermandikan peluh. Dihari-hari biasa
setelah pulang sekolah, merumput adalah pekerjaanku. Sebuah pembelajaran untuk
anak-anak agar membiasakan diri untuk bekerja keras.
Bapakku tidak pernah
lulus SD karena keharusan untuk membantu orang tua mencari penghidupan dan
Ibuku Alhamdulillah sempat menamatkan sekolah SD-nya namun karena keterbatasan
biaya beliau tidak sempat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Meskipun demikian
orang tuaku mewajibkan anak-anaknya untuk terus belajar baik di pendidikan
formal maupun non-formal dan mereka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya
untuk memilih. Dan aku pun memilih belajar di pendidikan formal hingga
perguruan tinggi sekarang ini.
Perjalananku hingga bisa
kuliah di perguruan tinggi bernama Universitas Gadjah Mada ini kuanggap sebagai
sebuah keberuntungan atau sebuah anugerah dari Allah SWT. Jika hanya
dibayangkan kecil kemungkinan seorang anak buruh tani yang sejengkal sawah pun
tak punya dengan enam saudara yang harus ditanggungnya bisa menempuh pendidikan
hingga perguruan tinggi. Biaya dari mana? Sedangkan kuliah itu butuh biaya yang
tidak sedikit. Namun jika Allah berkehendak, taka da sesuatu yang tak mungkin
bagi-Nya.
Berawal dari sebuah
cita-cita untuk menjadi guru, aku bertekad utnuk melanjutkan pendidikan
formalku. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah aku melanjutkan ke SMA. SMA
Negeri 1 Kota Blitar menjadi pilihanku. Tiga tahun di SMA, biaya sekolahku
sebagian besar dicukupi beasiswa. Mulai dari beasiswa BKSM dari dinas
pendidikan hingga beasiswa dari Bank BRI. Di akhir SMA aku daftar PMDK di
perguruan tinggi UM yang dulu dikenal dengan IKIP Malang. Rencanaku aku kuliah
di keguruan dan lulus akan menjadi guru. Namun rencana Allah lain. Aku tidak
diterima di UM meskipun jika dihitung sertifikat prestasiku lebih banyak dari
temanku yang lain. Tapi jika bukan jatahnya apapun alasannya pasti tak akan
bisa, dan aku yakin rencana Allah pasti lebih baik karena hanya Dialah yang
lebih tahu apa yang dibutuhkan hambanya.
Selain mendaftar di UM
aku ikut daftar di UGM. Alasanku mendaftar ke UGM waktu itu hanya sebatas ikut
taman-temanku yang lain. Hampir 50% siswa sekolahku mendaftar ke UGM. Dengan
uang pas-pasan untuk mendaftar, waktu itu Rp175.000,00, aku nekat daftarke
UGM.Bersama teman akrabku Muhammad Ilma Muslih Arrozaqi yang sekarang di Teknik
Nuklir UGM, aku berjuang mulai mencarikan pinjaman uang pendaftaran untuk
temanku hingga belajar bersama hidup di lingkungan baru yang
jauhdaritempatasal.
Singkat ceritaaku dan temanku berhasil registrasi untuk ujian tulis
UM UGM rayon Yogyakarta.Rayon Yogyakarta menjadi pilihan walaupun di JawaTimur ada
rayon Madiun yang lebih dekat.Mungkin agar
lebih termotivasi ketika melihat langsung kemegahan Universitas Gadjah Mada yang
nantinya aku akan menjadi bagiannya.
Namun masalah baru muncul setelah berhasil melakukan registrasi untuk ujian. Biaya untuk ujian bagaimana?.Blitar-Yogyakarta
bukanlah jarak yang dekat dan pastinya perlu biaya yang lumayan banyak bagiku.Waktu itu juga ada komunitas mahasiswa blitar
di Yogyakarta yang menawarkan untuk bernagkat bersama, namun biaya yang
harus dikeluarkan masih terasa berat untukku.
Di
tengah kesulitan tersebut, Allah memberikan jalan keluar yang
tak disangka-sangka. Seorang teman menawarkan tumpangan mobil gratis untukke
Yogyakarta. Sungguh betapa indah cara Allah memberikan jalan keluar dari permasalahan hambanya.
25 April 2009, hari yang
ditunggu semua calon mahasiswa UGM. Hari pengumuman apakah calon-calon mahasiswa yang
sudah melewatis eleksi yang
ketat itu berhak menjadi bagian dari Universitas Kerakyatan atau tidak. Sebuah kenikmatan
yang luar biasa dianugerahkan Allah kepada hambanya. Sebuah amanah baru diberikan kepadaku. Aku diterima
di fakultas Farmasi dengan SPMA Rp 0,00.
Cerita di
atas adalah sebagian kecil dari keberuntungan seorang anak desa yang
memberikan kita beberapa pelajaran antara lain ;
Pertama, ketika kita punya sebuah cita-cita bertekatlah untuk meraih cita-citamu. Berusahalah semampumu dan
Allah pasti akan memberika yang terbaik untukmu.
Kedua,
sebuah kegagalan bukanlah akhir dari sebuah usaha untuk meraih cita-cita. Ketika engkau gagal pasti ada kesuksesan
lain yang telah menunggumu di depan dan itu tidak akan engkau temui jika engkau berhenti berusaha.
Ketiga, yakinlah Allah
selalu memberikan jalan keluar dari setiap masalah dan jalan keluar itu mungkin diluar sangkaan kita karena pikiran kita sangat terbatas.Mungkin masih banyak lagi pelajaran
yang bisa diambil dari cerita tersebut, semoga bisa memberikan manfaat untuk pembacasemuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar