Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Selasa, 02 Juli 2013

Saya ingin hidup lebih baik by Eny Dwi Kusmiyati Agriculture



Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Saya adalah Eny Dwi, salah satu mahasiswi UGM yang sedang berjuang untuk mengapai cita-cita dan hidup yang lebih baik. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana, ayah saya seorang buruh tani sedangkan ibu saya hanya ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan keluarga.  sehingga sangat kurang untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan saya sekolah. Setelah lulus Sekolah dasar, saya melanjutkan sekolah SMP. karena keterbatasan biaya dan orang tua hanya mampu menyekolahkan sampai jenjang  SMP ini. Tidak seperti kebanyakan anak lainnya begitu lulus SMP langsung melanjutkan ke SMA.
Karena setiap pagi melihat teman-teman disekitar tempat tinggal saya berangkat sekolah timbul rasa sakit hati dalam diri saya dan berkecil hati “kenapa aku tidak bisa SMA “. Untuk menghilangkan rasa sakit hati ini, saya akhirnya pergi dari rumah dan kebetulan ada tetangga yang menawarkan untuk kerja di jogja. Singkat cerita aku berangkat ke jogja bekerja sebagai pembantu rumah tangga.  Majikan saya pertama kebetulan adalah seorang mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi swasta di jogja. Saya tidak dianggapnya sebagai pembantu rumah tangga tetapi oleh majikan saya dianggap sebagai teman. Banyak hal dan pelajaran yang saya peroleh dari majikan saya ini. Saya sering dinasehati agar lebih baik. Kata-kata majikan saya yang paling mengena dalam hati saya adalah “kamu tidak harus selamanya jadi pembantu, tapi aku lebih senang kalau gajimu itu digunakan untuk kursus apa aja, jadi kamu tidak hanya sekedar lulusan SMP, walupun seorang pembantu tapi dengan adanya keterampilan lainnya jadi ada nilai plusnya”. Setelah empat bulan berlalu majikan saya sudah menyelesaikan kuliahnya dan berniat kembali kekampung halamannya. Seiring berakhirnya berakhir kuliah majikan saya, berakhir pula saya bekerja dengannya. Saya pulang kerumah

Selama beberapa bulan saya menganggur tidak ada pekerjaan. Tak berapa lama ada tetangga yang menawarkan lagi kerja di jogja. Katanya tetangga saya ”mau nggak kamu kerja di jogja lagi, selain kerja, majikannya mau kok mbiayai sekolah klo kamu mau sekolah lagi”. Akhirnya saya tertarik dan singkat cerita saya ke jogja lagi bekerja. Seperti yang dikatakan tetangga saya bekerja dan sekolah. Namun hal ini tidak berlangsung lama. Karena sering dimarahi oleh majikan saya tidak betah lagi dan berhenti bekerja. Selama saya berhenti bekerja selama beberapa hari saya juga tidak sekolah. Dengan sisa uang yang saya miliki saya kembali ke jogja bukan untuk bekerja lagi tetapi berangkat sekolah. Alhasil disekolah saya langsung di panggil guru BP karena beberapa hari saya tidak masuk sekolah. Guru BP menanyakan ”kenapa kamu beberapa hari tidak masuk sekolah? Saya menjawab  “Saya sudah tidak bekerja lagi bu, dan saya tidak punya uang, apalagi orang tua saya jelas-jelas tidak bakalan mampu membiayai sekolah dan saya hanya mempunyai sisa uang yang nggak begitu banyak, untuk berangkat sekolah beberapa hari saja, pulang pergi dari magelang ke jogja, Setelah uangku habis mungkin tak bisa berangkat lagi bu ”. Akhirnya guru BP menyarankan. “Ooo, jadi selama ini kamu sekolah itu sambil bekerja,?” Saya menjawab “iya bu, saya sekolah sambil kerja ikut orang, soalnya orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya lagi”. Guru BP memberi masukan “Kalau kamu mau di dekat sekolah ini ada pondok, di pondok ini ada tempat tinggal gratis, disana kamu tidak banyak dibebani kecuali hanya membimbing adik-adik  mengaji setiap habis magrib dan tugas-tugas rutin kecil seperti setiap pagi beres-beres dan menyapu, menyiram tanaman, piket  bergilir setiap minggu sekali, jadi kamu bisa konsen belajar dan sekolah”. ” Tetapi disana harus dari kecil, tapi ya kalau sudah usia SMA seperti ini saya tidak tahu, pondok akan menerima atau tidak, tapi kamu coba saja kesana bersama orang tuamu. Soalnya dulu pernah ada anak pondok yang sekolah disini, tetapi sekarang sudah lulus.” Dengan perantara guru BP ini saya akhirnya masuk pondok.
Dua tahun lebih saya menjalani rutinitas tersebut di pondok sampai saya diterima di UGM, awal kuliah saya terfikir untuk hidup mandiri. Ada beberapa alasan namun alasan terbesar adalah saya ingin “bebas”.  Akhirnya saya keluar dari pondok. Saya hidup mandiri semenjak keluar dari pondok, saya sering berpindah-pindah kerja dan tempat tinggal. Selama kuliah, saya mandiri secara finansial. Kebutuhan hidup saya penuhi dengan bekerja part time, tapi lagi-lagi saya harus pontang panting untuk mencari biaya pendidikan di ugm. Terpaksa setiap semester harus berhutang dulu ke bagian keuangan fakultas untuk membayar BOP dan SPP dan konsekuensinya setiap semester saya harus membayar utang itu. Kadang sampai semester berikutnya saya tidak bisa membayar utang tersebut dan orang tua tidak pernah tahu kalau saya punya utang banyak sampai saya mengadu ke teman-teman saya untuk mencari solusi permasalahan saya ini. Akhirnya oleh teman saya disuruh mengajukan beasiswa ke RZIS UGM. Karena beberapa teman saya ada yang pernah mengajukan beasiswa ini. Dan alhamdulillah saya dapat beasiswa ini. Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM dapat menunjang study saya dengan baik dan dapat meringankan beban biaya hidup, baik itu kos maupun yang lainnya. Saya mengucapkan terimakasih pada RZIS UGM yang sudah membantu saya selama ini.  Semoga kedepannya RZIS UGM lebih maju dan bermanfaat untuk sesama.
Wassalamulaikum warohatullohi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar