Assalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh
Saya adalah Eny Dwi, salah
satu mahasiswi UGM yang sedang berjuang untuk mengapai cita-cita dan hidup yang
lebih baik. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara
ekonomi. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya terlahir dari keluarga yang
sederhana, ayah saya seorang buruh tani sedangkan ibu saya hanya ibu rumah
tangga yang mengurusi kebutuhan keluarga.
sehingga sangat kurang untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan rumah
tangga dan biaya pendidikan saya sekolah. Setelah lulus Sekolah dasar, saya
melanjutkan sekolah SMP. karena keterbatasan biaya dan orang tua hanya mampu
menyekolahkan sampai jenjang SMP ini. Tidak
seperti kebanyakan anak lainnya begitu lulus SMP langsung melanjutkan ke SMA.
Karena setiap pagi
melihat teman-teman disekitar tempat tinggal saya berangkat sekolah timbul rasa
sakit hati dalam diri saya dan berkecil hati “kenapa aku tidak bisa SMA “.
Untuk menghilangkan rasa sakit hati ini, saya akhirnya pergi dari rumah dan
kebetulan ada tetangga yang menawarkan untuk kerja di jogja. Singkat cerita aku
berangkat ke jogja bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Majikan saya pertama kebetulan adalah seorang
mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi swasta di jogja. Saya tidak
dianggapnya sebagai pembantu rumah tangga tetapi oleh majikan saya dianggap
sebagai teman. Banyak hal dan pelajaran yang saya peroleh dari majikan saya
ini. Saya sering dinasehati agar lebih baik. Kata-kata majikan saya yang paling
mengena dalam hati saya adalah “kamu tidak harus selamanya jadi pembantu, tapi
aku lebih senang kalau gajimu itu digunakan untuk kursus apa aja, jadi kamu
tidak hanya sekedar lulusan SMP, walupun seorang pembantu tapi dengan adanya
keterampilan lainnya jadi ada nilai plusnya”. Setelah empat bulan berlalu
majikan saya sudah menyelesaikan kuliahnya dan berniat kembali kekampung halamannya.
Seiring berakhirnya berakhir kuliah majikan saya, berakhir pula saya bekerja
dengannya. Saya pulang kerumah
Selama beberapa bulan
saya menganggur tidak ada pekerjaan. Tak berapa lama ada tetangga yang
menawarkan lagi kerja di jogja. Katanya tetangga saya ”mau nggak kamu kerja di
jogja lagi, selain kerja, majikannya mau kok mbiayai sekolah klo kamu mau
sekolah lagi”. Akhirnya saya tertarik dan singkat cerita saya ke jogja lagi
bekerja. Seperti yang dikatakan tetangga saya bekerja dan sekolah. Namun hal
ini tidak berlangsung lama. Karena sering dimarahi oleh majikan saya tidak
betah lagi dan berhenti bekerja. Selama saya berhenti bekerja selama beberapa
hari saya juga tidak sekolah. Dengan sisa uang yang saya miliki saya kembali ke
jogja bukan untuk bekerja lagi tetapi berangkat sekolah. Alhasil disekolah saya
langsung di panggil guru BP karena beberapa hari saya tidak masuk sekolah. Guru
BP menanyakan ”kenapa kamu beberapa hari tidak masuk sekolah? Saya menjawab “Saya sudah tidak bekerja lagi bu, dan saya
tidak punya uang, apalagi orang tua saya jelas-jelas tidak bakalan mampu
membiayai sekolah dan saya hanya mempunyai sisa uang yang nggak begitu banyak,
untuk berangkat sekolah beberapa hari saja, pulang pergi dari magelang ke jogja,
Setelah uangku habis mungkin tak bisa berangkat lagi bu ”. Akhirnya guru BP
menyarankan. “Ooo, jadi selama ini kamu sekolah itu sambil bekerja,?” Saya
menjawab “iya bu, saya sekolah sambil kerja ikut orang, soalnya orang tua saya
tidak mampu menyekolahkan saya lagi”. Guru BP memberi masukan “Kalau kamu mau
di dekat sekolah ini ada pondok, di pondok ini ada tempat tinggal gratis, disana
kamu tidak banyak dibebani kecuali hanya membimbing adik-adik mengaji setiap habis magrib dan tugas-tugas
rutin kecil seperti setiap pagi beres-beres dan menyapu, menyiram tanaman,
piket bergilir setiap minggu sekali,
jadi kamu bisa konsen belajar dan sekolah”. ” Tetapi disana harus dari kecil,
tapi ya kalau sudah usia SMA seperti ini saya tidak tahu, pondok akan menerima
atau tidak, tapi kamu coba saja kesana bersama orang tuamu. Soalnya dulu pernah
ada anak pondok yang sekolah disini, tetapi sekarang sudah lulus.” Dengan
perantara guru BP ini saya akhirnya masuk pondok.
Dua
tahun lebih saya menjalani rutinitas tersebut di pondok sampai saya diterima di
UGM, awal kuliah saya terfikir untuk hidup mandiri. Ada beberapa alasan namun
alasan terbesar adalah saya ingin “bebas”. Akhirnya saya keluar dari pondok. Saya hidup
mandiri semenjak keluar dari pondok, saya sering berpindah-pindah kerja dan
tempat tinggal. Selama kuliah, saya mandiri secara finansial. Kebutuhan hidup
saya penuhi dengan bekerja part time, tapi lagi-lagi saya harus pontang panting
untuk mencari biaya pendidikan di ugm. Terpaksa setiap semester harus berhutang
dulu ke bagian keuangan fakultas untuk membayar BOP dan SPP dan konsekuensinya
setiap semester saya harus membayar utang itu. Kadang sampai semester
berikutnya saya tidak bisa membayar utang tersebut dan orang tua tidak pernah
tahu kalau saya punya utang banyak sampai saya mengadu ke teman-teman saya untuk
mencari solusi permasalahan saya ini. Akhirnya oleh teman saya disuruh
mengajukan beasiswa ke RZIS UGM. Karena beberapa teman saya ada yang pernah
mengajukan beasiswa ini. Dan alhamdulillah saya dapat beasiswa ini. Harapan
saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM dapat menunjang study saya dengan baik dan
dapat meringankan beban biaya hidup, baik itu kos maupun yang lainnya. Saya mengucapkan
terimakasih pada RZIS UGM yang sudah membantu saya selama ini. Semoga kedepannya RZIS UGM lebih maju dan
bermanfaat untuk sesama.
Wassalamulaikum
warohatullohi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar