Assalamu’alaikum
Nama saya dwinta, saya berasal dari suatu desa kecil
di Purworejo bernama desa Bayem. Di daerah saya, suasana desa masih benar-benar
terasa, orang-orang masih sering berkumpul bersama untuk berbagai kegiatan.
Akan tetapi, kehidupan juga tidak selalu nyaman. Pandangan tentang pentingnya
status sosial masih ada di sana.
Saya sendiri berasal dari keluarga kecil yang
sederhana. ayah saya tidak bekerja sejak sya SMP dikarenakan sakit mata yang
beliau derita. Ibu saya bekerja untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Dengan
penghasilan yang tidak terlalu banyak, ibu selalu berusaha yang terbaik demi
anak-anaknya. Hal ini menjadikan motivasi yang sangat besar untuk selalu
menjadi yang terbaik saat menuntut ilmu.
Saya dan kakak, bersekolah di SMK. Di sana diajarkan
berbagai hal, terutama focus untuk menghadapi dunia kerja. Orang tua saya
memilih pendidikan di SMK karena biaya pendidikan yang relative lebih murah.
Dan saat lulus, ibu menginginkan kakak untuk kuliah, akan tetapi kakak saya
memilih untuk langsung bekerja.
Akhirnya, saya memilih untuk mengikuti tahap masuk PTN melalui jalur bidik misi,
saya dan teman saya tahu betul akan susah masuk kuliah karena basis sekolah
kami yang SMK, kami berusaha keas mengurus surat yang di butuhkan, tapi kami
harus kecewa karena ternyata guru BK kami telat mendaftarkan sekolah kami untuk
ikut program itu. Kami sangat kecewa dan lelah, harapan kami seakan hilang dan
saya sangat sedih sekali mengecewakan orang tua. Namun, salah seorang teman kami
menemukan cara masuk UGM lewat jalur beasiswa. Ketika kami mengurus surat yang
diperlukan itu adalah hari terakhir pendaftaran, kami berusaha lagi secara
maksimal untuk mengikutinya. Awalnya saya ragu karena beasiswa itu hanya untuk
D3, tapi saya yakinkan diri saya dan orang tua, dimanapun kita menuntut ilmu,
jika kita niat, ikhtiar, dan tawakal, hasilnya tidak akan pernah mengecewakan.
Di saat pengumuman, seakan tidak percaya, kami
diterima di UGM. Seperti mimpi rasanya, kami bias menjadi bagian UGM. Setelah
masuk, awalnya kami minder karena kami hanya D3, tak seperti yang lain yang S1,
tapi kami mencoba menghilangkan rasa itu, ini jalan kami, kami sangat bersyukur
dapat melanjutkan kuliah.Setelah mulai kuliah, saya memaksimalkan kemampuan
yang saya peroleh untuk mendapatkan IP yang memuaskan.
Namun, beasiswa yang kami dapat ternyata hanya bebas
uang kuliah, untuk hidup sehari – hari kami tidak mendapatkanya. Orang tua
tidak pernah mengeluh tentang biaya, tapi saya tau betul itu sangat berat untuk
mereka. Akhirnya, saya mencari beasiswa yang dapat meringankan beban orang tua
saya, banyak beasiswa yang di tawarkan, tetapi syaratnya adalah belum pernah
mendapatkan beasiswa sebelumnya. Dengan syarat seperti itu tentu saja saya
urung untuk mengikutinya. Sampai akhirnya saya menemukan tunjangan hidup Rziz
ini, saya berharap besar dapat diterima, dan Alhamdulillah allah mengijinkan
saya untuk mendapatkan kenikmatan ganda. Kebahagiaan untuk meringankan beban
orang tua, dan kebahagiaan untuk berbagi ke sesama yang membutuhkan.
Saya sangat bersyukur atas semua kenikmatan dan
keberuntungan yang Allah limpahkan pada saya. Saya akan menjaga dan
mempertahankanya. Saya yakin jika kita percaya, maka semuanya akan berjalan
menyenangkan.
Demikianlah kisah hidup saya dari awal sampai saya
bisa bergabung di sini, semoga yang membaca bias mendapatkan semangat sama
seperti yang saya rasakan. Amin.. J
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus