Artikel Populer


Selamat Datang di Blog Resmi RZIS UGM

Senin, 01 Juli 2013

PERUBAHAN BISA TERJADI KAPAN SAJA by Rifka Dewi Habibah D3 Bahasa Perancis



Assalamualaikum wr.wb
Rifka dewi habibah, ya itulah namaku.  Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Aku tinggal bersama ibu dan kedua adik perempuanku. Ayahku sudah meninggal kurang lebih sekitar setahun yang lalu. Dari situlah perjalanan hidupku yang asli baru mulai aku rasakan.
Bisa dibilang dulu aku adalah anak manja yang apa-apa harus dituruti. Sampai menginjak kelas  1 SMA pun aku masih mempunyai sifat seperti  itu. Aku tak pernah berfikir bagaimana orang tuaku mencari nafkah buat menghidupi keluargaku. Yang aku fikir hanyalah semua yang aku minta harus segera dituruti.  Banyak orang yang gak suka bahkan benci dengan sifat manja aku. Saat itu aku cuek, aku tidak peduli orang mau bilang apa tentang aku. Saat itu aku sangatlah egois. Bahkan aku merasa aku adalah orang yang paling sempurna di dunia ini. Tak munafik semua itu aku katakan karena itu yang bikin aku bisa berubah menjadi sekarang.

Suatu ketika hidupku mulai berubah, saat ayahku jatuh sakit. Aku baru mulai duduk di kelas 2 SMA. Dimulai dari inilah kisah hidupku berubah 180 derajat. Dari aku yang dulu manja, egois, cuek terhadap orang lain, bahkan semua orang banyak yang tidak menyukaiku disitulah aku berubah total.  Saat itu, ayahku di vonis mengidap tumor pancreas. Awalnya belum parah, operasi pertama bisa dibilang berhasil karena tumor yang ada bisa diambil. Tapi, 6 bulan kemudian ayahku sering merasa sakit di bagian perutnya. Saat di USG, ternyata tumor yang ada di dalam perut ayahku masih, bahkan semakin membesar. Semakin hari kondisi ayahku terlihat lemah, sangatlah lemah. Badan yang semakin kecil hingga hanya terlihat tulang yang bertutup kulit yang terlihat keriput, kaki yang sudah tidak bisa digunakan untuk berjalan dalam jarak tempuh yang panjang, bahkan nafas yang terlihat tidak teratur membuat aku menyadari bahwa tak pantas dan tak pantas aku bersifat seperti anak kecil.

Saat itu aku berfikir dan merenungi semua sifat yang ada pada diriku. Aku merasa malu, bahkan aku merasa tak pantas seperti itu. Sedangkan orang tuaku yang selama ini mencoba membahagiakan anak-anaknya ternyata dibelakang, mereka sangatlah rapuh tak berdaya. Tapi mereka tetap berusaha keras untuk selalu membahagiakan anaknya meski mereka mengorbankan kesehatanya sendiri. Aku hanya bisa menundukan kepalaku dan merenungi semua tingkah lakuku selama itu. Setiap malam aku menangis tanpa henti meminta kepada Allah agar dimaafkanya segala dosa yang telah aku lakukan, agar disehatkanya kedua orang tuaku. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membalas mereka. Tapi Tuhan berkehendak lain, semakin lama kondisi ayahku semakin parah dan kondisi ekonomi keluargaku juga semakin krisis.
Aku hanya bisa menangis, menangis, dan menangis melihat ayahku yang semakin parah. Aku bingung aku tak tau apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan ayahku sedangkan aku masih duduk dibangku SMA. Aku menghampiri ayahku dan meminta maaf atas segala kesalahanku selama itu, disitu juga ada ibuku yang sedang menyiapkan makanan untuk ayahku. Dengan kaki bersimpuh aku meminta maaf kepada ayah dan ibuku dan yang bikin aku tambah menyesali perbuatanku kedua orang tuaku dengan tersenyum memaafkan aku dan memintaku bisa berubah dewasa dan bisa lebih mengerti tentang arti hidup keras. Aku mulai belajar dan berubah untuk semuanya karena aku juga sadar bahwa aku anak pertam dan masih mempunyai 2 adik perempuan yang juga masih sekolah.
Kenaikan kelaspun dimulai, saat itu, aku naik kekelas 3 SMA. Saat itu juga aku mulai berusaha menjadi anak yang bisa berbakti kepada orang tua. Aku berusaha belajar agar bisa membahagiakan orang tuaku. Aku berusaha agar aku bisa mendapatkan jalur undangan agar bisa mudah untuk mencari kuliah dan di saat itu usahaku tidak sia-sia. Ak mendapat jalur undangan, melalui jalur itu aku mencoba mendaftar di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Aku mengambil jurusan S1 perpustakaan karena aku pengen menjadi pustakawan sama seperti ayahku.
Saat itu di UGM juga menyelenggarakan jalur penerimaan mahasiswa tanpa tes yang disebut jalur PBU. Akupun tertarik untuk mengikutinya dan aku ingin mencoba mendaftar melalui jalur tersebut. Namun, pada jalur itu hanyalah jenjang D3 yang ditawarkan. Akupun daftar di jurursan D3 bahasa perancis sebagai pilihan pertamaku. Saat mendaftar di UGM aku sengaja tidak izin dan tidak bilang kepada kedua orang tuaku. Aku ingin orang tuaku bangga dan bahagia melihat anaknya bisa mandiri dan aku ingin memberikan surprise kepada orang tuaku apabila aku diterima di UGM. Ayahku bekerja di UGM maka dari itu aku sengaja tidak bilang kepada ayahku karena aku tidak mau dibilang bisa masuk UGM karena ayahku. Aku ingin itu bener-bener hasil dari semua jerih payahku.
Tanggal 19 mei ayahku meninggal dunia dan ditanggal yang sama itu diumumkannya penerimaan mahasiswa baru UGM. Ya bisa dibilang terlalu sinetron atau apalah, tapi ini bener—bener terjadi. Saat itu aku diterima di UGM di jurusan bahasa perancis, entah aku harus bahagia atau sedih yang kurasakan saat itu bercampur aduk. Rasa kecewa karena ayahku tidak bisa melihat aku menjadi mahasiswa UGM tanpa bantuan beliau sangatlah aku rasakan. Mungkin ini takdir yang sudah di tentukan dan akupun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku percaya meski ayahku tidak tahu, tapi beliau selalu melihat aku dan kesuksesanku di surge sana. Dan tak lama kemudian pengumuman jalur undangan juga diumumkan dan aku juga diterima. Sehingga aku diterima di 2 universitas negri yang ada di Yogyakarta.
Karena ayahku sudah tidak ada, semua keuangan ada pada ibuku. Saat itu aku mengurungkan niatku untuk tidak kuliah karena aku tidak mau menambah beban ibuku yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Aku ingin bekerja agar aku dapat membantu beliau dalam pendidikan adik-adiku. Tapi ibuku melarangnya, ibu bilang kepadaku aku harus tetap untuk melanjutkan kuliah dan tidak boleh berhenti hanya sampai SMA saja. Saat itu, keributan kecil berlangsung.
Akhirnya aku mengikuti kemauan ibuku untuk melanjutkan kuliah dan aku mengambil D3 UGM sebagai pilihanku karena aku tidak mau berlama-lama untuk kuliah dan aku ingin setelah lulus kuliah aku langsung bisa bekerja. Selama menjadi mahasiswa aku berusaha membuat nilai-nilaiku baik agar aku mudah mendapat beasiswa. Alhamdullilah saat ini aku sudah menginjak semester 2 dan akan menuju semester 3. Nilai yang aku dapatkan juga tidak mengecewakan. Dan selama itulah aku menjadi berubah.
Wassalamualaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar