Assalamualaikum
wr.wb
Rifka
dewi habibah, ya itulah namaku. Aku anak
pertama dari 3 bersaudara. Aku tinggal bersama ibu dan kedua adik perempuanku.
Ayahku sudah meninggal kurang lebih sekitar setahun yang lalu. Dari situlah
perjalanan hidupku yang asli baru mulai aku rasakan.
Bisa
dibilang dulu aku adalah anak manja yang apa-apa harus dituruti. Sampai menginjak
kelas 1 SMA pun aku masih mempunyai
sifat seperti itu. Aku tak pernah
berfikir bagaimana orang tuaku mencari nafkah buat menghidupi keluargaku. Yang
aku fikir hanyalah semua yang aku minta harus segera dituruti. Banyak orang yang gak suka bahkan benci
dengan sifat manja aku. Saat itu aku cuek, aku tidak peduli orang mau bilang
apa tentang aku. Saat itu aku sangatlah egois. Bahkan aku merasa aku adalah
orang yang paling sempurna di dunia ini. Tak munafik semua itu aku katakan
karena itu yang bikin aku bisa berubah menjadi sekarang.
Suatu
ketika hidupku mulai berubah, saat ayahku jatuh sakit. Aku baru mulai duduk di
kelas 2 SMA. Dimulai dari inilah kisah hidupku berubah 180 derajat. Dari aku
yang dulu manja, egois, cuek terhadap orang lain, bahkan semua orang banyak
yang tidak menyukaiku disitulah aku berubah total. Saat itu, ayahku di vonis mengidap tumor pancreas.
Awalnya belum parah, operasi pertama bisa dibilang berhasil karena tumor yang
ada bisa diambil. Tapi, 6 bulan kemudian ayahku sering merasa sakit di bagian
perutnya. Saat di USG, ternyata tumor yang ada di dalam perut ayahku masih,
bahkan semakin membesar. Semakin hari kondisi ayahku terlihat lemah, sangatlah
lemah. Badan yang semakin kecil hingga hanya terlihat tulang yang bertutup
kulit yang terlihat keriput, kaki yang sudah tidak bisa digunakan untuk
berjalan dalam jarak tempuh yang panjang, bahkan nafas yang terlihat tidak
teratur membuat aku menyadari bahwa tak pantas dan tak pantas aku bersifat
seperti anak kecil.
Saat
itu aku berfikir dan merenungi semua sifat yang ada pada diriku. Aku merasa
malu, bahkan aku merasa tak pantas seperti itu. Sedangkan orang tuaku yang
selama ini mencoba membahagiakan anak-anaknya ternyata dibelakang, mereka
sangatlah rapuh tak berdaya. Tapi mereka tetap berusaha keras untuk selalu
membahagiakan anaknya meski mereka mengorbankan kesehatanya sendiri. Aku hanya
bisa menundukan kepalaku dan merenungi semua tingkah lakuku selama itu. Setiap
malam aku menangis tanpa henti meminta kepada Allah agar dimaafkanya segala
dosa yang telah aku lakukan, agar disehatkanya kedua orang tuaku. Hanya itu
yang bisa aku lakukan untuk membalas mereka. Tapi Tuhan berkehendak lain,
semakin lama kondisi ayahku semakin parah dan kondisi ekonomi keluargaku juga
semakin krisis.
Aku
hanya bisa menangis, menangis, dan menangis melihat ayahku yang semakin parah.
Aku bingung aku tak tau apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan ayahku
sedangkan aku masih duduk dibangku SMA. Aku menghampiri ayahku dan meminta maaf
atas segala kesalahanku selama itu, disitu juga ada ibuku yang sedang
menyiapkan makanan untuk ayahku. Dengan kaki bersimpuh aku meminta maaf kepada
ayah dan ibuku dan yang bikin aku tambah menyesali perbuatanku kedua orang
tuaku dengan tersenyum memaafkan aku dan memintaku bisa berubah dewasa dan bisa
lebih mengerti tentang arti hidup keras. Aku mulai belajar dan berubah untuk
semuanya karena aku juga sadar bahwa aku anak pertam dan masih mempunyai 2 adik
perempuan yang juga masih sekolah.
Kenaikan
kelaspun dimulai, saat itu, aku naik kekelas 3 SMA. Saat itu juga aku mulai
berusaha menjadi anak yang bisa berbakti kepada orang tua. Aku berusaha belajar
agar bisa membahagiakan orang tuaku. Aku berusaha agar aku bisa mendapatkan
jalur undangan agar bisa mudah untuk mencari kuliah dan di saat itu usahaku
tidak sia-sia. Ak mendapat jalur undangan, melalui jalur itu aku mencoba
mendaftar di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Aku mengambil jurusan
S1 perpustakaan karena aku pengen menjadi pustakawan sama seperti ayahku.
Saat
itu di UGM juga menyelenggarakan jalur penerimaan mahasiswa tanpa tes yang
disebut jalur PBU. Akupun tertarik untuk mengikutinya dan aku ingin mencoba
mendaftar melalui jalur tersebut. Namun, pada jalur itu hanyalah jenjang D3
yang ditawarkan. Akupun daftar di jurursan D3 bahasa perancis sebagai pilihan
pertamaku. Saat mendaftar di UGM aku sengaja tidak izin dan tidak bilang kepada
kedua orang tuaku. Aku ingin orang tuaku bangga dan bahagia melihat anaknya
bisa mandiri dan aku ingin memberikan surprise kepada orang tuaku apabila aku
diterima di UGM. Ayahku bekerja di UGM maka dari itu aku sengaja tidak bilang
kepada ayahku karena aku tidak mau dibilang bisa masuk UGM karena ayahku. Aku
ingin itu bener-bener hasil dari semua jerih payahku.
Tanggal
19 mei ayahku meninggal dunia dan ditanggal yang sama itu diumumkannya
penerimaan mahasiswa baru UGM. Ya bisa dibilang terlalu sinetron atau apalah,
tapi ini bener—bener terjadi. Saat itu aku diterima di UGM di jurusan bahasa
perancis, entah aku harus bahagia atau sedih yang kurasakan saat itu bercampur
aduk. Rasa kecewa karena ayahku tidak bisa melihat aku menjadi mahasiswa UGM
tanpa bantuan beliau sangatlah aku rasakan. Mungkin ini takdir yang sudah di
tentukan dan akupun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku percaya meski ayahku
tidak tahu, tapi beliau selalu melihat aku dan kesuksesanku di surge sana. Dan
tak lama kemudian pengumuman jalur undangan juga diumumkan dan aku juga
diterima. Sehingga aku diterima di 2 universitas negri yang ada di Yogyakarta.
Karena
ayahku sudah tidak ada, semua keuangan ada pada ibuku. Saat itu aku
mengurungkan niatku untuk tidak kuliah karena aku tidak mau menambah beban
ibuku yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Aku ingin bekerja agar aku dapat
membantu beliau dalam pendidikan adik-adiku. Tapi ibuku melarangnya, ibu bilang
kepadaku aku harus tetap untuk melanjutkan kuliah dan tidak boleh berhenti
hanya sampai SMA saja. Saat itu, keributan kecil berlangsung.
Akhirnya
aku mengikuti kemauan ibuku untuk melanjutkan kuliah dan aku mengambil D3 UGM
sebagai pilihanku karena aku tidak mau berlama-lama untuk kuliah dan aku ingin
setelah lulus kuliah aku langsung bisa bekerja. Selama menjadi mahasiswa aku
berusaha membuat nilai-nilaiku baik agar aku mudah mendapat beasiswa.
Alhamdullilah saat ini aku sudah menginjak semester 2 dan akan menuju semester
3. Nilai yang aku dapatkan juga tidak mengecewakan. Dan selama itulah aku
menjadi berubah.
Wassalamualaikum
wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar